BELUM lama ini, Gunung Rinjani ditetapkan oleh UNESCO sebagai geopark dunia. Hal itu berdasarkan keputusan sidang Unesco Executive Board, Kamis (12/4) di Paris. Cukup membanggakan memang, Apalagi sangat jarang daerah di suatu negara menjadi lokasi global geopark atau geopark dunia.
Berbagai komentar pun berdatangan, salah satunya dari Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi. Ia mengaku sangat bangga atas keputusan tersebut.
"Alhamdulillah, puji dan syukur hanya milik Allah SWT," katanya seperti diberitakan Antara, Senin (16/4).

Namun, tak serta merta pemerintah setempat lepas tangan. Mereka harus terus mengelola agar bisa mempertahankan status global geopark. Semua pihak harus terlibat mulai dari masyarakat, pengunjung hingga instansi terkait.
"Setelah Rinjani menjadi bagian dari jaringan Geopark Dunia atau UNESCO Global Geopark (UGG), tugas terberat kita selanjutnya adalah mempertahankan status global geopark," ucap Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Faozal.
Tantangan yang harus dihadapi
Memang tak mudah mengelola Gunung Rinjani, apalagi Faozal mengeluhkan kalau pendapatan taman nasional yang masuk dalam pendapatan negara nonpajak itu tidak berbanding lurus dengan anggaran yang tersedia di Taman Nasional Gunung Rinjani. Akibatnya, beberapa aspek kurang diperhatikan.

"Pemasukan Gunung Rinjani itu banyak tapi tidak sebanding dengan anggaran yang diterima oleh pihak taman nasional. Yang mana, anggaran itu nantinya juga digunakan untuk mengelola dan membuat Gunung Rinjani lebih nyaman didatangi," tegasnya.

Pekerjaan Rumah (PR) lainnya yakni memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan. Hal itu karena sampah adalah masalah yang belum bisa terselesaikan hingga saat ini.
Taman Nasional Gunung Rinjani selaku pengelola kawasan bersama kita kepentingannya sama di pariwisata. Contoh kasus sampah tidak selesai selesi oleh taman nasional, maka dibutuhkan ada pihak yang lain ikut membantu untuk membersihkan," ungkap Faozal. (*)