Kelangkaan Energi dan Konflik Antar-Negara (Bagian Kedua) 

Luhung SaptoLuhung Sapto - Senin, 26 Oktober 2015
Kelangkaan Energi dan Konflik Antar-Negara (Bagian Kedua) 
Pertunjukan Olah Kanuragan dari TNI AD (Foto: MerahPutih/Venansius Fortunatus)

MerahPutih Peristiwa - Konflik antarbangsa atau negara mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Dahulu kala perang dilatarbelakangi perluasan wilayah, tapi di masa depan perang dipicu oleh tiga hal, yakni perebutan energi, pangan, dan air bersih. 

Demikian kesimpulan staf pengajar Pasca Sarjana sekolah Kajian Pertahanan dan Strategis, Universitas Pertahanan (Unhan) Haryo Budi Rahmadi saat berbincang dengan Merahputih.com, Senin (26/10).

"Laju pertumbuhan penduduk dunia meningkat demikian cepat dan pesat. Celakanya jumlah penduduk dunia yang terus bertambah tidak sebanding dengan laju produksi pangan, energi dan air bersih," ujarnya. 

Banyak negara di dunia yang tidak memiliki ketiga kebutuhan primer tersebut. Terlebih pada tahun 2043 sumber energi fosil akan habis dan digantikan dengan energi hayati. Konsekuensi logis atas hal tersebut, tentu saja negara-negara di dunia akan menyambangi tempat yang kaya dengan sumber energi dan pangan.

"Nah, ketiganya bisa didapatkan di negara-negara khatulistiwa, termasuk Indonesia di dalamnya," kata Haryo. 

Haryo mengatakan kekayaan alam Indonesia menjadi alasan bagi negara-negara di dunia untuk datang ke Tanah Air. Kedatangan mereka bertujuan untuk memenuhi kebutuhan primernya. Dalam kondisi demikian tentu saja terjadi persaingan di antara negara-negara untuk menguasai sumber pangan dan energi di Indonesia. 

Cara-cara yang digunakan untuk menguasai sumber energi dan pangan tidak lagi menggunakan pengerahan senjata. Bentuknya semakin halus dan tidak nampak seperti perang. Bentuknya bisa sangat variatif berupa investasi, ketergantungan dengan teknologi atau intervensi pembuatan kebijakan untuk menguasai penuh sumber daya Indonesia. "Itulah yang disebut dengan Proxy War,"  katanya menegaskan. 

Dosen tamu di sekolah tinggi Teknologi Angkatan Laut ini memaparkan, meski tidak menggunakan cara-cara militer dan kekerasan namun Proxy War memiliki daya hancur yang hebat. Sebab yang menjadi sasaran adalah mengubah dan mempengaruhi cara berpikir suatu bangsa. 

Adapun cara-cara yang digunakan sangat beragam, mulai dari mengubah cara pandang bangsa, menghancurkan ideologi, kemudian memanipulasi sumber informasi hingga pemutarbalikkan fakta sejarah dan perjalanan bangsa. 

"Caranya sangat halus sehingga korbannya tidak sadar bahwa dia sedang dijadikan sasaran," tandasnya.

Beberapa kasus terjadinya perang yang dipicu dari perebutan sumber energi dan pangan diungkapkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam bukunya berjudul "Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri Modal Membangun Menuju Indonesia Emas".  

Konflik yang terjadi di negara-negara Timur Tengah umumnya dipicu untuk menguasai sumber energi. Sebut saja invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990. Serangan yang dilakukan pimpinan Irak saat itu Saddam Husein adalah cara pintas untuk memulihkan kondisi perekonomian Irak pasca turunnya harga minyak di pasaran internasional. 

Kuwait diklaim  sebagai salah satu bagian provinsi Irak. Dengan melakukan serbuan militer Saddam Husein dapat menguasasi sumber-sumber minyak yang dimiliki Kuwait dengan perkiraan nilai sekira US$2,4 miliar. 

"Akar konflik antara Sudan dan Sudan Selatan juga soal perebutan minyak," papar Jenderal bintang 4 tersebut. 

Selanjutnya, konflik yang terjadi di Nigeria juga dipicu oleh latar belakang minyak. Salah satu daerah yang memiliki kandungan minyak cukup besar di Nigeria adalah wilayah Delta Sungai Niger. 

Konflik terjadi karena pemerintah dinilai oleh penduduk lokal terlalu memihak kepada perusahaan-perusahaan multi nasional. Dalam melakukan eksplorasinya, perusahaan-perusahaan yang mengalihkanfungsikan lahan-lahan milik warga menjadi tempat fasilitas kilang minyak. 

"Dari berbagai konflik yang terjadi di dunia, lebih dari 70 persen disebabkan perebutan sumber energi," tandas mantan KSAD ini. (Bhd) 

BACA JUGA

  1. Kenali Tiga Tipe Perang Modern (Bagian Pertama)  
  2. 12 Perwira Tinggi TNI Naik Pangkat
  3. Intip Atraksi Ribuan Personel TNI AD Peragakan Beladiri Yongmoodo 
  4. Jenderal Gatot Nurmantyo: Panglima TNI Pertama Seorang Santri
  5. Selenggarakan Media Operations Training, Upaya TNI Tingkatkan Citra Positif
#Jenderal Gatot Nurmantyo #Haryo Budi Rahmadi #Proxy War
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak
Bagikan