MerahPutih.com - Beberapa hari ini, dunia dihebohkan dengan peristiwa besar bencana non-alam di dua negara yang menewaskan ratusan jiwa.
Pertama pesta Halloween di distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan yang menewaskan 154 orang karena berdesakan akibat membeludaknya pengunjung. Kedua ambruknya jembatan gantung di Gujarat, India, sedikitnya 132 orang meninggal.
Pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Rissalwan Habdy Lubis mengatakan, dua peristiwa tersebut terjadi dikarenakan masih lemahnya pengawasan dari pihaknya yang bertanggung jawab, baik itu pemerintah, panitia penyelenggara, maupun aparat keamanan.
Baca Juga:
Korsel Tetapkan Masa Berkabung Nasional Atas Tragedi Pesta Helloween di Itaewon
"Berkumpulnya orang-orangnya itu, harus dikendalikan oleh otoritas," kata Lubis saat dihubungi Merahputih.com, Senin (31/10).
"Dari berbagai berita, (kejadian) itu melebihi kapasitas," terang dia.
Untuk menghindari hal tersebut tak terulang lagi, menurut Lubis, harus ada pembatasan pengunjung dalam suatu event. Serta adanya perlakuan tegas dari keamanan dan penyelenggara agar tak terjadi penumpukan yang menimbulkan bahaya.
"Yang pertama membatasi orang dalam sewajarnya yah, tidak perlu lagi kita menjaga jarak, tapi ada kapasitas yang harus dibatasi," jelasnya.
"Maksimal itu harus benar-benar maksimal. Kalau perlu di bawah 20 persen maksimal tidak perlu 50 persen. Yang penting dia di bawah maksimal, maksimal tuh di bawah maksimal, jadi masih ada ruang," lanjutnya.
Baca Juga:
Jokowi Ingatkan Gaji PMI Korsel di Atas Menteri, Pulang Bisa Beli Rumah
Menurut dia, peran aparat keamanan paling diandalkan dalam kegiatan keramaian ini. Jangan sampai tidak tegas dengan panitia atau pengunjung, bila kapasitas sudah melebihi.
"Yang kedua antisipasi massa yang besar tadi itu, aparat yang berwenang harus bisa mengendalikan, sehingga orang-orang tidak terjerumus ke dalam bencana dan bahaya. Saya kira gitu," paparnya.
Lubis berpandangan, membludaknya event Halloween itu lantaran masyarakat sudah haus akan hiburan, di mana selama kurang lebih dua tahun dibatasi atau bahkan dilarang karena COVID-19.
"Jadi dari yang sebelumnya dibatasi, sudah ada keberanian untuk kumpul-kumpul di tempat dengan banyak orang," pungkasnya. (Asp)
Baca