KONSEKUENSI dari AI atau kecerdasan buatan nampaknya mengganggu Keanu Reeves. Saat melakukan tur pers untuk filmnya yang akan datang, aktor film waralaba John Wick itu berbicara soal masalah AI dengan pewawancaranya, seperti yang diungkapkan laman Unilad, Minggu (19/2).
Bintang kelahiran Kanada itu menyampaikan keluhannya dengan perkembangan teknologi terkini, termasuk teknologi AI seperti ChatGPT dan Metaverse. Pada satu titik, Reeves bertanya pada pewawancaranya, bila menurutnya bot dapat menggantikannya dan melakukan wawancara pada selebriti di masa mendatang.
Kemudian, sang pewawancara Angela Watercutter menjawab, bahwa ia tidak merasa hal demikian akan terjadi seumur hidupnya. Namun, Reeves memberikan tanggapan yang tak menyenangkan. Sembari melihat Watercutter dengan tatapan tajam, ia mengatakan: "Oh tidak, kamu harus khawatir tentang hal itu terjadi bulan depan."
Baca juga:
5 Barang 'Mewah' yang Dibeli Keanu Reeves dengan Harga Sangat Mahal

Selama wawancara, Reeves tidak segan-segan mengungkapkan kekhawatirannya tentang masa depan teknologi. Berbicara tentang risiko teknologi terhadap karier manusia, Reeves berkata bahwa orang-orang yang membayar untuk pekerjaan yang kamu lakukan lebih suka untuk tidak membayar.
Namun, Reeves masih percaya diri bahwa peran seorang aktor atau aktris tidak akan pernah terganti. Ia juga ditanya soal teknologi deepfake atau AI yang dapat membuat gambar menjadi bergerak, seolah orang yang di dalam foto benar-benar melakukannya.
"Ketika tampil dalam sebuah film, kamu tahu akan diedit, tetapi kamu berpartisipasi di dalamnya. Namun, jika kamu pergi ke dunia deepfake, itu bisa jadi benar-benar menakutkan," terang Reeves.
Reeves mungkin memiliki alasan untuk khawatir tentang konsekuensi AI, terutama jika menyangkut jurnalis yang akan mewawancara para aktor seperti dirinya di masa mendatang. Sebuah artikel baru-baru ini dari Business Insider mencantumkan, jurnalis sebagai salah satu pekerjaan yang paling berisiko dengan munculnya AI.
Baca juga:
Keanu Reeves Mulai Rambah Dunia NFT

Terutama kemunculan AI chatbot seperti ChatGPT. Pekerjaan lain yang berpotensi di blok memotong termasuk guru, pemrogram komputer dan akuntan. Sejauh mana AI akan mendominasi pasar kerja masih harus dilihat, meskipun studi Universitas Oxford tahun 2013 menemukan bahwa 47 persen pekerjaan AS dapat dihilangkan pada tahun 2030-an.
Pada 2019, Kantor Statistik Nasional memperkirakan bahwa sekitar 7,4 persen pekerjaan di Inggris Raya berisiko tinggi diotomatisasi pada pertengahan tahun 2030-an. Bahkan, Google dan Amazon juga sepakat bahwa ChatGPT bisa diandalkan menjadi aset perusahaan.
Meski demikian, telah dicatat bahwa ChatGPT dapat melakukan kesalahan. Termasuk mengarang kutipan saat ditugaskan menulis artikel berita dan membuat pernyataan yang tidak akurat tentang matematika. (waf)
Baca juga:
Netflix akan Hadirkan Film Live-Action Komik Keanu Reeves 'BRZRKR'