Kaum Guru Berpotensi Jadi Korban Kriminalisasi
MerahPutih.com - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman mengingatkan bahaya dan risiko yang bisa menimpa guru setiap saat. Salah satunya soal ancaman jadi korban kriminalisasi.
“Saya tidak mengerti. Bagaimana era terbuka masih ada orangtua yang mempercayai apa yang disampaikan anaknya dalam hubungannya dengan guru kemudian dikriminalisasi,” kata Sohibul, kepada wartawan di kawasan DPR, Selasa (26/11).
Baca Juga
Sohibul menegaskan, dirinya percaya ada juga kasus seperti itu, tapi harus ditangani proporsional.
“Saya lihat kebanyakan guru yang jadi bulan bulanan anak didik dan orang tua yang sok-sokan karena punya backingan,” sambungnya.
Sohibul mengimbau, para orangtua untuk mempercayakan anak-anak mereka kepada para guru untuk dididik.
“Kita hormati mereka, sebagai kita hormati orangtua menempatkan mereka di tempat yang terhormat. Kalau ada persoalan semua harus bisa menangani secara proporsional. sehingga tidak ada dampak negatif ke siswa dan guru,” pungkasnya
Sohibul berpendapat, apabila seorang guru memiliki pasion yang tinggi untuk mendidik maka kompetensi seorang guru tersebut akan menjadi baik. Hal tersebut tentu berimbas kepada kualitas para siswa yang dihasilkannya.
Baca Juga
“Maka saya bayangkan pasion itu jadi obsesi. Saya setuju adanya kenaikan kelas automotic promotion. Karena ada jaminan tadi, karena guru punya kompetensi yang luar biasa, kita tidak akan ragukan lagi, siswa yang dihasilkannya luar biasa juga,” harapnya.
Selama 10 tahun berkuliah di Jepang, alumni Waseda University tersebut mengatakan, banyak hal yang harus dipelajari Indonesia dari negeri matahari terbit tersebut terutama mengenai pengelolaan pendidikan.
“Saya tahu karakter guru di sana, kalau menemukan murid yang di bawah average itu diberikan motivasi dorongan itu sangat luar biasa. tidak mengenal jam, dia di sekolah atau datang ke rumahnya menyampaikan keluhan yang terjadi,” ungkapnya.
Menurut Sohibul, hubungan yang dekat antara guru dan murid akan berimbas kepada peningkatan kualitas dari murid tersebut.
Baca Juga
“Terjadi hubungan yang intimate, sangat dekat dengan murid. kemudian anak itu ter-upgrade dan menjadi sama seperti murid-murid lain pada umumnya. Jepang sudah menganut automotic promotion,” tuturnya.
Mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut menghimbau, para guru jangan hanya memperhatikan hard skill saja tetapi bagaimana harus dapat menerapkan soft skill dalam mengajar.
“Saya maksud tentu bukan hanya hard skill, tapi juga sektor tertentu, adalah soft skill. bagaimana guru menarik hati murid menyatu dengan pendidikan itu sendiri. Saya bayangkan problematika disebut dalam kompetensi,” sarannya.
Menurut Sohibul, faktor kedua yang harus diperhatikan untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berkaitan dengan distribusi.
Baca Juga
“Distribusi guru di seluruh indonesia tidak merata. Saya pernah ke Entikong, di luar jawa dan memang sangat menyedihkan. Biasanya satu guru bukan hanya menangani satu mata pelajaran, tapi seluruh kelas. Bisa dibayangkan ini merupakan problem yang harus diselesaikan bersama. Kami sebagai entitas parpol juga akan mencari formula menyelesaikan persoalan ini,” tandasnya. (Knu)