PENYANYI yang pada hari ini berulang tahun yang ke-56 layak menyandang sebutan pujangga. Lahir dengan nama lengkap Ignatius Bagaskoro Katon pada 14 Juni 1966 di Magelang, Jawa Tengah. Kepiawaian musisi yang dikenal dengan nama Katon Bagaskara ini merangkai kata dapat menggerakan emosi pendengar lagu-lagunya.
Coba kita tengok syair lagu Tak Bisa ke Lain Hati, salah satu lagu pernyataan cinta paling romantis. Berikut bait pertama dan kedua, "Bulan merah jambu luruh di kotamu / Kuayun sendiri langkah langkah sepi / Menikmati angin menabur daun daun / Mencari kembaranmu di waktu lalu // Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi / Tercipta nelangsa merenggut sukma / Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud / Aku tak bisa pindah, pindah ke lain hati."
Baca Juga:

Hanya dari dua bait pertama syair lagu yang dibawakan bersama KLa Project, kamu sudah bisa merasakan kekuatan pilihan kata-kata Katon. Bersama Lilo, Adi Adrian dan Ari Burhani, Katon membentuk kelompok musik KLa Project pada 23 Oktober 1988. Album Pasir Putih (1992) yang memuat lagu Tak Bisa ke Lain Hati melambungkan nama mereka menjadi band papan atas Indonesia.
Lagu-lagu Katon Bagaskara banyak dipengaruhi ide penulisan lirik lagu ala musisi seperti Ebiet G. Ade untuk penulisan lirik, Fariz R.M untuk tren musik, Koes Plus dan juga The Beatles. Namun, lambat laun, ia pun menemukan karakter musikalitasnya sendiri, di antaranya adalah lirik yang filosofis, estetis dan romantis, tepatnya di masa SMA.
Terhitung hingga kini, KLa Project berhasil mengeluarkan delapan album, ditambah dua album kompilasi lagu-lagu terbaik. Katon Bagaskara kemudian mencari peruntungan di luar KLa Project, ia pun memulai solo karirnya dengan mengeluarkan tiga album yaitu Katon Bagaskara (1993), Gemini (1996), dan Harmoni Menyentuh (1997). Bahkan, pada 1996 Katon berhasil membukukan puisi-puisinya yang bertajuk Bulan Dibuai Awan.
Baca Juga:
Kurang apresiasi

Katon mengaku KLa Project memiliki konsep musik yang berbeda dari band kebanyakan. Sayangnya, dia merasa apresiasi masyarakat Indonesia terhadap karya setelah lagu Yogyakarta kian menurun. "Kita kan ingin enggak mau ada pengulangan dalam album, kita aransemen lagi, progres lagi. Sampai pada satu titik kelihatannya masyarakat sudah tidak bisa menerima," ungkap Katon.
Kini, para fans mendesak KLa Project agar menghasilkan karya seperti awal kemunculannya. "Penjualannya juga sudah tidak terlalu besar. Kemudian mereka kayaknya minta kita balik lagi ke musik seperti dulu," ujarnya.
Katon pun meyakini jika grup bandnya kembali mengeluarkan single mirip Yogyakarta, tembang tersebut tak akan laku keras. Dia mengklaim, momen yang ada di hits Yogyakarta tak bisa terulang pada era digitalisasi saat ini.
"Saya berani taruhan kita bikin lagu kayak Yogyakarta lagi belum tentu laku. Karena musik itu melihat waktu dan momen. Musik itu memang harus bergerak terus," katanya. Hal ini menjadi ihwal KLa Project memutuskan untuk berhenti mengeluarkan karya terbarunya."Saat itu kita sudah tidak diapresiasi dengan baik secara pasar maupun fans ya sudah kita putuskan berhenti aja deh berkarya," tutur Katon.
Meski demikian, pada akhir Maret 2022 KLa Project baru saja mendistribusikan salah satu lagunya lewat Non-Fungible Token alias NFT. Di sisa kejayaannya, Katon berharap penikmat musik Tanah Air bisa lebih menghargai karya dari para musisi.
"Akhirnya kita bekerja samalah, 'yuk kita bikin NFT itu' sesuatu yang tidak bisa dipertukarkan, sesuatu yang dimiliki oleh orang yang memang suka. Soalnya sekarang orang beli CD juga udah enggak perlu, semuanya gratisan ya kan. Tinggal nonton di streaming aja," tutup Katon. (aru)
Baca Juga: