Kasus Perempuan Ditelan Phyton, Begini Saran Pakar Tata Kelola Gigitan Luar

Eddy FloEddy Flo - Minggu, 17 Juni 2018
Kasus Perempuan Ditelan Phyton, Begini Saran Pakar Tata Kelola Gigitan Luar
Ular Phyton ditangkap warga (Foto: ANTARA FOTO)

MerahPutih.Com - Kasus seorang perempuan di Muna, Sulawesi Tenggara yang ditelan ular Phyton Jumat lalu benar-benar mengejutkan. Sejumlah media luar negeri melaporkan peristiwa nahas tersebut sebagai sesuatu yang langka.

Lantas, bagaimana caranya supaya bisa terhindar dari gigitan ular atau mangsa reptil melata tersebut?

Dr.dr.Tri Maharani seorang dokter kegawatdaruratan dan pakar tata kelola gigitan luar menyatakan bahwa jika manusia memasuki kawasan yang menjadi habitat ular, harus membawa perlengkapan seperti topi, sepatu bot dan tongkat.

Perlengkapan sederhana tersebut sangat jarang dipakai oleh orang Indonesia sehingga kasus gigitan ular yang mematikan banyak terjadi.Hal ini utnuk menghindari gigitan ular bagi warga yang hendak beraktivitas di kebun, sawah atau ladang.

Ular phyton ditangkap warga
Warga menangkap ular Phyton (Foto: Antaranews)

Menurut Tri Maharani, topi sangat berguna untuk menghindari atau mengurangi gigitan dari ular pohon, sedangkan sepatu bot bisa mengamankan kaki saat berjalan di semak-semak dengan kemungkinan tanpa sengaja menginjak ular atau dipatuk ular dan tongkat dapat membantu untuk menyingkirkan ular kecil yang mungkin ada di sekitar tempat kerja.

Mengenai ular sanca atau phyton, jenis ular tersebut tidak berbisa namun rahang bawahnya merupakan otot yang bisa membuka lebar kira-kira 10 kali kepala manusia, sehingga bisa memangsa korban yang berukuran besar misalnya babi, kambing, rusa bahkan buaya dengan membelit mangsanya hingga mati lemas lalu menelannya.

"Pada dasarnya ular phyton reticularis tidak berbisa dan tidak memangsa manusia kecuali saat terprovokasi misalnya akan dibunuh atau merasa terancam," kata dokter yang terpilih sebagai satu-satunya dokter Indonesia yang menjadi anggota kelompok kerja Snake Bite Envenoming (SBE) dunia oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagaimana dilansir Antara.

Warga membawa ular Phyton
Warga membawa ular Phyton atau sanca (Foto: Antaranews)

Dia menjelaskan, Sulawesi adalah salah satu pulau tua di Indonesia yang memiliki banyak ular sanca berukuran besar dan pada Buku Panduan WHO 2016 tercatat ada tiga kali kasus ular memangsa manusia di Indonesia yaitu pada 1983 di Luwuk, 2017 di Mamuju dan kali ini di Muna.

"Sebenarnya tidak perlu membunuh ular sanca apabila bertemu, cukup menghindari dan tidak mengganggunya karena ular tersebut tidak berbisa, serta untuk menjaga ekosistem" tegas ketua Yayasan Toxinology Society Indonesia dan yayasan bagi anak korban gigitan ular.

Phyton besar biasanya menghuni kebun, sawah, hutan bahkan ada juga yang mendatangi permukiman akibat gangguan ekosistem.

Ular Phyton
Ular Phyton ditangkap warga (ANTARA FOTO)

Masyarakat diharapkan waspada dan membawa lampu senter apabila sudah petang dan gelap untuk berjalan di tempat-tempat yang kemungkinan ada ular, sehingga dengan mudah mengetahui dan menghindarinya.

Apabila terkena gigitan ular sanca tidak perlu diberi antivenom penangkal bisa ular) melainkan cukup merawat lukanya dan menghentikan perdarahan, sedangkan bila terjadi robekan pembuluh darah perlu mendapat jahitan dan balutan yang benar, tegasnya.

Kelompok kerja SBE dari WHO terdiri atas 13 anggota yaitu dua dari malaysia dan India,masing-masing satu dari Thailand, Indonesia, Pakistan, Denmark, Jerman dan Inggris serta dari Amerika dan Australia.(*)

Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Semarak Idulfitri Warga Indonesia di Austria

#Pawang Ular #Ular Piton
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian
Bagikan