Merawat Ingat

Karya Pramoedya Ananta Toer akan Selalu Dikenang

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Sabtu, 30 April 2022
Karya Pramoedya Ananta Toer akan Selalu Dikenang
Pramoedya Ananta Toer. (Foto: badanbahasa.kemdikbud.go.id)

INDONESIA kehilangan Sastrawan berbakatnya 16 tahun yang lalu. Sastrawan Pramoedya Ananta Toer, meninggal dunia di usia 81 tahun, tepatnya pada 30 April 2006. Seperti yang diberitakan Antara, Minggu (30/4/2006), Pram, karib disapa, menghembuskan napas terakhir di kediamannya yang berlokasi di Jalan Multikarya II No.26, Utan Kayu Jakarta Timur, tepatnya sekitar pukul 09.00.

Sebelum meninggal Pram sudah dirawat sejak Kamis, (27/4/2006) di ICU RS St Carolus Jakarta. Namun, setelah dua hari di rumah sakit, Pram kemudian menjalani perawatan di kediamannya pada Sabtu, (29/4/2006). Ia banyak melewati masa-masa krisis semenjak dirawat di rumah. Pram dirawat lantaran setelah seminggu tidak makan, ia mengalami keluhan nyeri di dada, sesak napas, dan lemah. Pram dimakamkan di Pemakaman Karet Bivak, Jakarta Pusat.

Baca Juga:

Ketika Jurnalis Meutya Hafid dan kameramen Budiyanto Lolos dari Ramadi

Pram sudah menciptakan banyak karya sastra. (Foto: Unsplash/Mikolaj)

Pram lahir di Blora, Jawa Tengah pada 6 Februari 1925. Ia merupakan Putra Toer dan Saidah. Sastrawan ini sudah menciptakan banyak karya sejak masa pemerintahan Belanda. Karya-karyanya mencakup masa kolonial di bawah pemerintahan Belanda, perjuangan kemerdekaan Indonesia, hingga pendudukannya oleh Jepang selama Perang Dunia Kedua. Karya sastra Pram berupa cerpen, novel, esai, dan karya terjemahan. Karyanya juga banyak yang sudah diterjemahkan dalam bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Rusia, dan Jepang.

Menurut laman badanbahasa.kemdikbud.id, Pram mendapatkan penghargaan seperti Hadiah Sastra dari Balai Pustaka atas novelnya Perburuan (1950), Hadiah Sastra dari BMKN atas kumpulan cerpennya Cerita dari Blora (1952), Anugerah Freedom to Write Award (PEN American Centre, Amerika Serikat) (1980), Anugerah The Fund for Free Expression (New York, Amerika Serikat) (1992), Anugerah Stichting Wertheim dari negeri Belanda (1995), Anugerah Ramon Magsaysay dari Filipina (1995), Penghargaan Unesco Madanjeet Singh Prize oleh Dewan Eksekutif Unesco (1996), dan Anugerah Le Chevalier de l’ordre des Arts et des Letters dari Prancis (2000). (ikh)

Baca Juga:

Si Joger Magnet Wisatawan ke Pulau Dewata

#Merawat Ingat
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan