Hobi

Kartu Basket, Nostalgia Anak 90an

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Minggu, 19 Juli 2020
Kartu Basket, Nostalgia Anak 90an
Anak 90-an hobi mengoleksi kartu basket (Foto: YouTube/Couch Collectibles)

BUDHI Purnama Utomo akhirnya membuka kembali kotak penyimpanan kartu basket koleksinya pada 2009. Saat itu, muncul kembali tren di tahun 90-an, mengoleksi kartu berbubuh foto pemain basket kesayangan.

Selain itu, Budhi telah bekerja dan beroleh penghasilan cukup untuk memburu kartu basket incarannya sejak lama. Ia bebas beli kartu basket dengan kantungnya sendiri. "Sekarang sudah kerja, sudah berpenghasilan sendiri, jadi beli lagi (kartu basket)," ujar Budhi saat dihubungi merahputih.

Baca juga:

Kobe Bryant, The Black Mamba yang Melegenda

Di tahun dimulainya kembali mengoleksi tersebut, Budhi dan beberapa teman-temannya kemudian membuat komunitas pengoleksi kartu basket, bernama Indonesian Basketball Card Community (IBCC). Fungsi IBCC sebagai wadah komunitas kolektor kartu basket. Para anggota juga ingin bernostalgia melalui komunitas ini.

Tahun 90an, kartu basket dibuat perusahaan pembuat kartu seperti Upper Deck, Topps, Skybox & Fleer. Namun sekarang, Panini punya hak eksklusif untuk kartu basket NBA.

Tren mengumpulkan kartu basket anak 90an kemudian sempat menghilang. Apalagi ketika kejadian 1998. "Pas krismon aku enggak ngumpulin lagi kartu basket," ungkap Hardiyan, kolektor kartu basket asal Bekasi.

Beberapa tahun kemudian hobi ini kembali menjadi hype. Meskipun hanya di kalangan penggila basket tertentu saja.

Selain IBCC, ada juga beberapa grup Facebook nan aktif melakukan trading dan jual beli kartu basket. "Secara official, kita tidak mendata jumlah anggota IBCC. Ada 4000an member itu dari grup-grup Facebook di Indonesia," terang pria yang tinggal di kawasan Bintaro itu. Apa saja kegiatan komunitas tersebut?

1. Kopdar, main basket sambil trading kartu

Kartu Basket Karl Malone (Foto: unisquare.com)

Kegiatan kopdar atau acara kumpul IBCC tidak rutin. Kopdar hanya dilakukan saat setiap anggota memiliki waktu luang. Paling tidak saat hari libur nasional alias tanggal merah.

Kopdar IBCC kerap diawali dengan main basket bareng sambil melakukan trading. "Kita cari waktu libur dulu buat kopdaran. Enggak selalu di hari Sabtu atau Minggu," ungkap Budhi.

Agenda kopdar tak hanya untuk trading. Beberapa anggota pun melakukan transaksi jual-beli. Bahkan di sela-sela main basket, anggota hanya menonton malah asyik sendiri melakukan transaksi. Anggota IBCC datang kopdar biasanya membawa koleksi kartu mereka menggunakan kotak besar, bahkan koper.

2. Investor atau kolektor

Kartu basket Michael Jordan milik Hardiyan (Foto: Istimewa)

Bagi kamu tertarik mau memulai hobi ini, tentukan dulu apa tujuannya. Entah itu menjadi investor atau kolektor. Kalau tujuannya memang ingin cari untung, kamu bisa menjadi seorang investor.

Cara mudah memulai menjadi investor dengan mengumpulkan kartu basket pemain rookie. Misalnya untuk saat ini, menurut Budhi pemain rookie berpotensi di kompetisi NBA ialah Luka Doncic (Dallas Mavericks) dan Zion Williamson (New Orleans Pelicans).

Nah, kartu kedua pemain rookie itu nantinya bisa memiliki harga begitu tinggi ke depannya. "Bukan dari skill mereka juga, tapi dari demand banyak orang tentang pemain itu," tutur Budhi.

Budhi mengaku merupakan seorang kolektor dan investor. Sebagai kolektor Budhi penggila legenda NBA Karl Malone. "Kartu Karl Malone tidak saya jual," ungkapnya. Namun, sembari melakoni hobinya mengumpulkan kartu pemain idamannya itu, ia juga menjual kartu basket pemain lain.

Selain itu, Budhi menjelaskan ada tiga jenis kartu basket dari Panini, antara lain Lower End Product (seperti Hoops), Mid End Product (seperti Prizm) dan Higher End Product (seperti National Treasures). Ketiga jenis kartu itu juga menentukan harga tersendiri.

Berbeda dengan Hardiyan. Ia mengaku dirinya 'murni' seorang kolektor. Hardiyan tidak pernah cari untung dalam hobi ini. Ia hanya mengumpulkan, terutama kartu basket Michael Jordan. "Aku liat MJ (Michael Jordan) waktu itu, kayaknya pemain wah banget deh," kata Hardiyan.

Baca juga:

Pengin Jadi Atlet Basket Profesional? Denger Nih Kiat dari Andakara Prastawa

Meski begitu, beberapa kali Hardiyan tetap menjual kartu basket miliknya. Tentunya dengan harga sekadarnya. "Aku emang kolektor, ya kalau dijual aku kasih harga standar aja," paparnya.

Hardiyan kemudian bergabung dengan IBCC setelah menemukan komunitas tersebut di forum kaskus pada 2010. Ia sebenarnya tak ada niat jadi kolektor kartu basket. Hal itu terjadi karena ia mendapatkan hadiah kartu basket dari teman SMAnya.

"Aku lihat keren banget kartu basket. Waktu itu dikasih teman kartu Robert Horry. Sejak itu aku kumpulin," imbuh pria yang akrab disapa Sadam itu.

3. Pentingnya Graded Card

Raw card atau ungraded card (sisi kiri) dan graded card (sisi kanan). Kartu seri hoops (bagian atas), kartu seri prizm (bagian tengah), dan kartu seri national treasures (bagian bawah) (Foto: Istimewa)

Setelah jadi kolektor, kamu pasti tidak mau kan kartu kamu dibilang abal-abal? Maka, ada istilah graded card pada kartu basket, merupakan kartu yang memiliki nilai atau rating karena diberikan oleh pihak ketiga.

Menurut Budhi, ada tiga perusahaan penilai kartu basket ternama, BGS, PSA, dan SGC. Nilai kartu basket dari skala 1-10. Grade teratas atau bernilai 10 versi BGS akan diberi istilah "Gem Mint".

Namun, istilah grade teratas itu berubah menjadi Pristine artinya kartu tersebut memiliki Sub Grades (Centering, Corner, Surface & Edges) kesemuaanya bernilai 10.

Nah, buat kamu yang mau jadi investor, Budhi menyarankan boleh mempertimbangkan membeli Graded Card. Membeli kartu Graded Card mengurangi risiko membeli kartu palsu, yang berakibat investasi menjadi rugi total atau tidak bernilai. "Kartu yang digrading tadinya Rp30 ribu nanti bisa ada kemungkinan jadi Rp500 ribu," ujar Budhi.

Namun sebaliknya, nilai kartu kamu berisiko turun. Misalnya kartu kamu belum pernah digrading. Setelah memiliki grading bisa saja kartu kamu mendapatkan nilai rendah. Harga kartu akan turun.

Walaupun Graded Card tidak menjamin harga kartu bisa naik, kondisi kartu sudah graded bisa menambahkan nilai kartu tersebut karena kondisi yang bagus itu berarti lebih langka. Hal itu berlaku walaupun kartu dengan model sama. Dengan catatan kembali lagi ke pasar (demand) akan kartu itu sendiri.

Berikut contoh nilai grading dari PSA dan BGS seperti dilansir dari laman GOLD CARD AUCTIONS:

PSA

PR 1 (Poor)
FR 1.5 (Fair)
Good 2 (Good)
VG 3 (Very Good)
VG-EX 4 (Very Good-Excellent)
EX 5 (Excellent)
EX-MT 6 (Excellent-Mint)
NM 7 (Near Mint)
NM-MT 8 (Near Mint-Mint)
Mint 9 (Mint)
GEM-MT 10 (Gem Mint)

BGS

1 Poor 1.5 Fair
2 G (Good)
2.5 –G+
3 VG (Very Good)
3.5 VG+
4 VG-EX (Very Good-Excellent)
4.5 VG-EX+
5 EX (Excellent)
5.5 EX +
6 EX-NM (Excellent-Near Mint)
6.5 EX-NM+
7 Near Mint
7.5 Near Mint +
8 Near Mint-Mint
8.5 Near Mint-Mint +
9 Mint
9.5 Gem Mint
10 Pristine

Jadi bagaimana sobat Merah Putih, tertarik mengoleksi kartu basket? (ikh)

Baca juga:

Sporty dan Penuh Gaya, Nih Rekomendasi 5 Sepatu Basket Kece!

#Bola Basket #Juli MP X
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan