Jejak Kartini

None-none Jakarta dan Makna Hari Kartini

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Sabtu, 21 April 2018
None-none Jakarta dan Makna Hari Kartini
RA Kartini (deviantart)

MerahPutih.com - Perempuan sering sekali derajatnya lebih rendah dibandingkan dengan seorang laki-laki. Sebab perempuan dikeluhkan akibat lebih mengedepankan perasaan daripada logika. Namun Perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini perempuan menjadi seseorang yang tangguh dan dapat berkarier layaknya laki-laki.

Mantan None Jakarta Timur 2016 Anna Jati menilai wanita saat ini tak harus melulu mengerjakan pekerjaan rumah. Berbeda halnya sebelum Kartini memperjuangkan emansipasi wanita.

"Tapi bisa juga sambil berkarir dan juga ngurus berumah tangga. Jadi asumsi yang jaman dulu itu udah harus dihilangkan," kata Anna kepada Merahputih.com, jumat (20/4).

Kedepan, ia berharap wanita-wanita di Indonesia mendapat kesetaraan dalam berbagai hal. "Mudah-mudahan semakin berkembangnya negara indonesia semakin berkembangnya wawasan dari wanita indonesia," tandasnya.

Sebagai implementasinya, saat menjadi None dirinya banyak melakukan hal positif yang ditularkan kepada masyarakat DKI Jakarta yakni dari sisi kepedulian terhadap wawasan masyarakat soal kebudayaan Betawi.

Mantan None Jakarta Timur 2016 Anna Jati (istimewa)

"Yaitu mengedukasi masyarakat Jakarta baik dari sisi kepedulian masyarakat akan kebijakan pemerintahan provinsi DKI Jakarta, kesehatan, serta tradisi dan budaya Betawi sehingga masyarakat DKI Jakarta bisa lebih maju lagi ke depannya dan betul2 menjadi Jakarta Smart City with smart society," katanya.

Sementara, Ketua Ikatan Abang-None DKI Jakarta (IANTA), Ronni Ardhianto mengungkapkan di Abang dan None Jakarta, perempuan dejaratnya setara, karena bekerja dan memiliki program yang sama seorang laki-laki. Saat ini None Jakarta memiliki program yang baik yaitu mengajar bagi anak-anak di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).

"Para None dalam organisasi kami ikut dalam setiap kegiatan di RPTRA dan Kelas Inspirasi dimana mereka menjadi guru informal bagi anak-anak," kata Ronni.

Lebih lanjut, Roni menuturkan, None Jakarta juga memiliki fungsi merangkul kaum perempuan muda Jakarta untuk bersama-sama memajukan Ibu Kota Jakarta dalam melestarikan Budaya Betawi dan di bidang pendidikan.

"Program None Jakarta memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan muda Jakarta untuk berkontribusi bagi kemajuan Ibukota dalam berbagai hal khususnya budaya, pariwisata, pendidikan, dan sosial," tutur dia.

Finalis abang none 2016 (@abnonjakarta)

Selain itu, khusus tahun ini None Jakarta berkolaborasi dengan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, guna memberikan pengetahuan bagi masyarakat keuntungan menggunakan transportasi umum yakni MRT.

"Peran serta none Jakarta di MRT adalah sebagai agent for educating commuters dalam transporting with MRT," tuturnya.

Sejarah Abang None Jakarta bermula dari ingin mencari sosok yang bisa menjadi identitas dari Jakarta, maka di selenggarakanlah Pemilihan None Jakarta (waktu itu belum ada Abang) yang diprakarsai oleh H.Usmar Ismail.

Acara berlangsung disepanjang jalan MH.Thamrin yang pada waktu itu dikenal dengan “Dancing on the Street”, pemilihannya di “Miraca Sky Club”, lantai teratas gedung Sarinah Jakarta dan terpilihlah untuk pertama kalinya Reziani Malik sebagai None Jakarta 1968.

Sering waktu pemerintah DKI melaui BAPPARDA DKI memerlukan seorang pendamping Abang Jakarta yang mendampingi None Jakara, maka diselenggarakan pemilihan Abang None Jakarta 1971 terpilihlah Hamid Alwi sebagai Abang Jakarta 1971 dan Tjike Soegiarto sebagai None Jakarta 1971. (asp)

#Jejak Kartini #R.A Kartini #Abang None Jakarta
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan