Karena Rawat ODHA, Yayasan Lentera Pernah Tiga Kali Diusir Warga
NIAT baik merawat Orang dengan HIV/AIDS atau ODHA yang dilakukan Yayasan Lentera Solo, Jawa Tengah tak berjalan mulus.
Perjuangan penuh rintangan telah dialami mulai dari diusir warga karena takut tertular HIV/AIDS. Alhasil, lokasi penampungan atau shelter anak ODHA harus berpindah tiga kali.
Baca Juga:
Temuan Penerima Nobel Kimia 2021 akan Berpengaruh Besar pada Dunia Pengobatan
Sampai akhirnya, lokasi penampungan ODHA sekarang berada di kompleks Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bhakti, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah.
"Rumah shelter (penampungan) ini merupakan inisiasi dari Yayasan Lentera dengan bantuan dari Kementrian Sosial dan salah satu perusahaan retail," kata Ketua Yayasan Lentera Solo, Yunus Prasetyo pada Merahputih.com, Selasa (30/11).
Ia menyebut pembuatan rumah shelter ini tak terlepas dengan fakta bahwa mereka ini ditolak keberadaannya warga masyarakat. Warga sekitar di lingkungan yang hendak ditempati anak-anak ADHA ini biasanya takut kalau anak-anak tersebut menularkan penyakitnya kepada warga lain.
“Kita pernah diusir dua sampai tiga kali. Kami harus berpindah tempat. Pernah kita mau menempati kontrakan di Kedung Lumbu yang merupakan rumah milik salah satu pengurus Yayasan Lentera," katanya.
Perjalanan Lentera untuk mengasuh anak ADHA, kata dia cukup berliku. Lentera juga pernah mendapat laporan dari rumah sakit ada seorang anak terlantar yang terkena HIV/AIDS.
Baca Juga:
“Tahun 2013 itu kita pernah mendapat laporan dari satu rumah sakit bahwa ada satu anak yang berusia sekitar tiga tahun yang terinfeksi HIV sekaligus kondisi gizi buruk," kata dia.
Ia mengatakan keluarga belum siap untuk menerima dan merawatnya. Pihaknya pun bertemu dengan keluarga besarnya dan ternyata anak ini yatim piatu.
"Akhirnya kami merawat anak ini. Kami lalu mencarikan kost untuk anak ini dan satu pengasuh, “ tutur dia.
Kisah lainnya, lanjut dia, pihaknya mendapatkan kabar salah satu orang terinfeksi AIDS yang didampingi meninggal. Orang ini meninggalkan satu anak yang juga terkena HIV/AIDS. Keluarga itu pada intinya tidak bisa merawat anak tersebut.
"Kita ambil anak itu, kita rawat. Jadi satu pengasuh merawat dua anak, “ katanya
Ia berharap ke depan ada obat terapi bagi anak ODHA yang ramah. Pasalnya, obat yang ada sekarang belum ramah anak karena rasanya sangat pahit dan menyulitkan anak minum obat. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga: