Parenting

Kapan Waktu Terbaik untuk Memberikan Ponsel pada Anak?

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Selasa, 20 September 2022
Kapan Waktu Terbaik untuk Memberikan Ponsel pada Anak?
Haruskah orangtua memberikan ponsel kepada anak atau perlu menjauhkannya selama mungkin? (Foto: freepik/ArtPhoto_studio)

PONSEL pintar telah hal menjadi umum digunakan di kalangan anak-anak, dengan hingga 91 persen anak berusia 11 tahun memilikinya. Namun, keberadaannya masih menjadi dilema zaman modern. Haruskah orangtua memberikan ponsel kepada anak, atau menjauhkannya dari perangkat tersebut selama mungkin?

Sebagai orangtua, jamak berpikir jika menganggap ponsel pintar sebagai semacam kotak Pandora dengan kemampuan untuk melepaskan semua kejahatan dunia pada kehidupan sehat sang anak. Rangkaian berita mengenai dampak penggunaan ponsel dan media sosial pada anak-anak sudah cukup untuk membuat siapapun ingin menjauhinya.

Di sisi lain, orangtua mungkin memiliki ponsel yang dianggap sebagai alat penting untuk kehidupan sehari-hari, mulai dari sureal urusan kantor dan belanja daring, hingga panggilan video dan album foto keluarga. Dan, jika teman sekelas anak semua punya akses ponsel, tidakkah anak akan ketinggalan?

Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang efek jangka panjang dari ponsel dan media sosial pada anak-anak dan remaja. Sebagian besar penelitian sejauh ini fokus pada remaja, bukan kelompok usia yang lebih muda. Bukti yang muncul menunjukkan mungkin ada fase perkembangan tertentu di mana anak-anak lebih berisiko terkena efek negatif.

Terlebih lagi, para ahli menyepakati beberapa faktor utama yang perlu dipertimbangkan saat memutuskan apakah anak siap menggunakan ponsel pintar, dan apa yang harus kamu lakukan setelah mereka memilikinya.

Baca juga:

Kendalikan Anak saat Bermain Ponsel

Usia rata-rata

Kapan Waktu Terbaik untuk Memberikan Ponsel pada Anak?
Perubahan perkembangan usia dapat membuat anak lebih sensitif terhadap sisi negatif media sosial. (Foto: freepik/freepik)

Data dari Ofcom, regulator komunikasi Inggris, menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak di Inggris memiliki ponsel cerdas pada usia 11 tahun, dengan kepemilikan meningkat dari 44 persen pada usia sembilan tahun menjadi 91 persen pada usia 11 tahun.

Sementara di AS, 37 persen orangtua dari anak berusia sembilan hingga 11 tahun mengatakan bahwa anak mereka memiliki ponsel pintar sendiri. Dan, dalam sebuah penelitian di Eropa di 19 negara, 80 persen anak-anak berusia sembilan hingga 16 tahun dilaporkan menggunakan ponsel untuk aktivitas daring setiap hari, atau hampir setiap hari.

"Ketika menginjak remaja yang lebih tua, lebih dari 90 persen anak-anak memiliki ponsel," kata profesor ilmu psikologi Candice Odgers di University of California, AS seperti diberitakan BBC (15/9).

Orangtua harus mempertimbangkan rentang usia tersebut ketika membuat keputusan untuk keluarga sendiri. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa perubahan perkembangan usia dapat membuat anak lebih sensitif terhadap sisi negatif media sosial.

Selama masa remaja, misalnya, otak berubah secara besar-besaran, dan ini dapat mempengaruhi bagaimana anak muda bertindak dan merasa, termasuk membuat mereka lebih sensitif terhadap hubungan sosial, dan status.

"Menjadi remaja adalah waktu yang sangat penting untuk perkembangan," kata psikolog eksperimental Amy Orben di University of Cambridge, UK.

"Remaja jauh lebih terpengaruh oleh rekan-rekannya, jauh lebih tertarik pada apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Dan, desain media sosial, cara menyediakan kontak sosial dan umpan balik dalam satu klik, mungkin lebih membuat stres pada waktu-waktu tertentu," tambahnya.

Baca juga:

Di Jerman Anak-anak Protes Orangtuanya Sibuk dengan Ponsel

Perbedaan individu

Kapan Waktu Terbaik untuk Memberikan Ponsel pada Anak?
Ponsel juga dapat dilihat sebagai tonggak di jalan menuju kedewasaan. (Foto: freepik/freepik)

Selain usia, faktor lain dapat mempengaruhi dampak media sosial pada anak-anak dan remaja, tetapi para peneliti baru mulai mengeksplorasi perbedaan individu ini. “Ini benar-benar area inti penelitian sekarang,” ujar Orben.

“Akan ada orang yang lebih terpengaruh secara negatif atau positif pada titik waktu yang berbeda. Itu mungkin karena menjalani kehidupan yang berbeda, melalui perkembangan di titik yang berbeda, mereka mungkin menggunakan media sosial secara berbeda. Kita benar-benar perlu memisahkan hal-hal itu,” jelas Orben.

Sementara penelitian dapat memberikan bahan pemikiran bagi keluarga yang memutuskan apakah akan membelikan anak mereka ponsel pintar, penelitian tersebut tidak dapat menawarkan jawaban spesifik untuk pertanyaan 'kapan?'.

"Saya pikir dengan mengatakan bahwa segala sesuatunya lebih kompleks, tentu saja itu mendorong pertanyaan kembali ke orangtua. Namun, itu mungkin sebenarnya bukan hal yang buruk, karena itu sangat individual," kata Orben.

Pertanyaan kunci yang perlu ditanyakan orangtua, kata Odgers, adalah bagaimana kesiapan anak dan keluarga?

Bagi banyak orangtua, membelikan anak ponsel adalah keputusan praktis. "Dalam banyak kasus, orangtua adalah orang-orang yang ingin anak-anak yang lebih muda memiliki telepon sehingga mereka dapat tetap berhubungan sepanjang hari, mereka dapat mengoordinasikan penjemputan," kata Odgers.

Selain itu, ponsel juga dapat dilihat sebagai tonggak di jalan menuju kedewasaan. "Saya pikir untuk anak-anak itu memberi mereka rasa kemandirian dan tanggung jawab," kata Anja Stevic, peneliti di departemen komunikasi di Universitas Wina, Austria.

"Ini jelas sesuatu yang harus dipertimbangkan orangtua: apakah anak-anak mereka pada tahap di mana mereka cukup bertanggung jawab untuk memiliki perangkat mereka sendiri," demikian tukas Anja Stevic. (aru)

Baca juga:

Pentingnya Media Sosial dan Konten Kreator Pendidikan Seksual

#Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.
Bagikan