Kamuflase Jaket Ojol dan Momentum Seleksi CPNS di Teror Bom Medan

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Rabu, 13 November 2019
Kamuflase Jaket Ojol dan Momentum Seleksi CPNS di Teror Bom Medan
Pascaledakan, petugas Kepolisian melakukan penjagaan ketat di depan Mako Polrestabes Medan. (ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus)

MerahPutih.com - Sebuah ledakan yang diduga berasal dari bom bunuh diri terjadi di Mapolrestabes Medan, Jl HM Said, Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11) pagi. Uniknya, pelaku menggunakan atribut ojek online saat melakukan aksinya.

Pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak menganalisis kini para pelaku teror juga beradaptasi dengan perkembangan zaman dalam aksinya.

Baca Juga

Densus 88 Antiteror Polri Olah TKP Ledakan Mapolrestabes Medan

Menurut Zaki, para teroris belajar dari pengalaman di Surabaya pada 2018 silam. Ketika itu pelaku pengeboman menggunakan jilbab dalam melakukan aksinya di Gereja Santa Maria Tak Bercela, tetapi berhasil digagalkan.

"Kayak bom di Surabaya itu pelaku mau masuk Gereja pake jilbab akhirnya ketahuan," kata Zaki, saat berbincang dengan MerahPutih.com, Jakarta, Rabu (12/11).

Gojek
Pengendara ojek online. (ANT)

Berkaca dari kasus Surabaya, kata Zaki, para teroris kini berupaya menyamarkan identitas aslinya dengan menggunakan atribut ojek online. Dia memprediksi model kamuflase seperti itu akan sering digunakan untuk mengecoh kepolisian.

"Yang tadi pagi itu menggunakan model kamuflase yang baru. Memang caranya tidak canggih-canggih betul tapi kan sulit dideteksi. Karena ojek online dalam sehari bisa bolak balik masuk kantor. Ada yang pesan makanan, beli barang dan lainnya," papar dia.

Baca Juga:

Pelaku Bom Bunuh Diri Medan Diduga Anggotanya, Gojek Bereaksi

bom medan
Ledakan di Mapolrestabes Medan (Ist)

Apalagi, lanjut Zaki, saat ini pemandangan ojek online yang kerap bolak-balik di kantor pemerintahan sudah lumrah. Model Kamuflase itu yang kini diadopsi para teroris dalam melakukan aksi amaliyahnya.

Namun, Zaki mengakui masih ada teroris yang menggunakan cara-cara tradisonal tidak melepaskan identitasnya dengan mengenakan jilbab dan sebagainya seperti di Surabaya. Hanya saja, lanjut dia, tingkat keberhasilannya lebih rendah ketimbang kamuflase model baru seperti aksi di Medan pagi tadi.

"Saya kira ini kreativitas yang lebih tinggi dengan menggunakan ojek online itu karena mereka (kelompok teroris) tahu itu sulit diantisipasi oleh kepolisian," tutur dia.

Zaki menjelaskan dalam konteks strategi amaliyah jihad para teroris bisa menggunakan berbagai macam kamuflase. Dia lantas mencontohkan pengebom Hotel JW Marriot Jakarta yang menggunakan pakaian necis saat beraksi. "Pake topi, jaket, tas yang biasa orang pake ke hotel mewah," ujarnya.

Momen Seleksi CPNS

SKCK
Peserta seleksi CPNS tengah mengikuti ujian. Adapun Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) menjadi syarat utama untuk mengikuti seleksi CPNS. (ANT)

Lebih jauh, Zaki menduga teroris di Mapoltebes Medan juga piawai dalam memanfaatkan momentum. Pasalnya, belakangan ini ratusan masyarakat bertandang ke markas kepolisian untuk mengurus SKCK dalam rangka mendaftar CPNS. Dalam kondisi seperti itu, lanjut Zakki, kemampuan polisi menjadi terbatas untuk mengawasi gerak-gerik pelaku.

"Nggak mungkin ratusan orang digeledah, karena dalam beberapa hari ada ribuan orang membuat SKCK di tempat yang sama. Jadi saya menduga mereka memang merancang desain penyerangan dengan memanfaatkan momentum-momentum yang dianggap polisi teledor," tutup pakar terorisme itu. (Pon)

Baca Juga:

Pelaku Bom Mapolrestabes Medan Ngaku Urus SKCK, Sempat Buka Jaket

#Terorisme
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Bagikan