Kamu Bisa Lebih Sehat Jika Tidur Sendiri, Tanpa Pasangan

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Senin, 09 Mei 2022
Kamu Bisa Lebih Sehat Jika Tidur Sendiri, Tanpa Pasangan
Kurangnya kualitas tidur memengaruhi sebagian besar sistem tubuh. (Foto: freepik/katemangostar)

KAMU tahu tidur adalah kebutuhan dalam hidup, tetapi apa yang terjadi ketika harus tidur dengan orang lain? Pasangan datang dengan sejumlah kompromi, dan waktu tidur adalah salah satunya. Apa yang dulunya merupakan saat menyendiri menjadi kegiatan yang kamu dan pasangan pilih untuk dilakukan bersama.

Tidak hanya posisi tidur sembarangan dan berpindah-pindah tidak lagi dapat dilakukan, tetapi kamu juga mungkin harus berjuang untuk mendapatkan selimut dan kenyamanan kasur, serta potensi untuk berurusan dengan dengkuran. Orang yang paling gampang pulas pun dapat terganggu ketika berbagi tempat tidur dengan orang lain.

Memang, berpelukan dan kehangatan tubuh pasangan di sebelahmu mungkin cukup bagi kamu untuk merelakan beberapa malam tanpa tidur. Namun, seberapa sehatkah berbagi tempat tidur dengan pasangan? Dan, bagaimana hal itu dapat memengaruhi hubungan?

Baca juga:

Yuk, Bangkitkan Kembali Semangat Cinta ke Pasangan

“Menurut data dari National Sleep Foundation, rata-rata orang dewasa membutuhkan tujuh hingga sembilan jam tidur berkualitas,” pelatih hubungan dan ilmu tidur bersertifikat Stephanie D McKenzie mengatakan kepada SheKnows.

“Kurangnya kualitas tidur memengaruhi sebagian besar sistem tubuh, karena tidur adalah persyaratan untuk mengisi ulang siklus dalam tubuh kita,” ujarnya.

Berikut pendapat sejumlah pakar medis dan konsultan percintaan untuk mempertimbangkan kerugian berbagi tempat tidur dengan pasangan. Karena kamu berhak mendapatkan hubungan percintaan yang kokoh, dan tidur yang nyenyak, pertimbangkan beberapa kerugian ini.

Lebih mudah tersinggung

Kamu Bisa Lebih Sehat Jika Tidur Sendiri, Tanpa Pasangan
Banyak persamaan dengan pasangan tidak berarti memiliki kebiasaan tidur yang sama. (Foto: Unsplash/Morgan Lane)

Pasangan yang rewel atau marah-marah mungkin merupakan tanda rutinitas tidur kamu perlu diperbaiki, kata McKenzie. “Ketika pasangan tidak memiliki praktik kebersihan tidur dasar yang sama, gaya tidur atau jika salah satu atau keduanya memiliki gangguan tidur, ini dapat memengaruhi cara kedua individu bertindak sepanjang hari maupun di malam hari,” catatnya.

Demikian pula perawat dan pendidik tidur klinis Terry Cralle menjelaskan, penelitian telah menunjukkan bahwa bila kamu tidurnya kurang dari tujuh jam semalam selama dua malam berturut-turut lebih cenderung mudah tersinggung terhadap pasangan mereka, dibandingkan dengan pasangan yang cukup istirahat.

Sementara kebanyakan pasangan memiliki banyak kesamaan satu sama lain, itu tidak berarti kamu dan pasangan memiliki kebiasaan tidur yang sama, relationship expert dan vice president Dating.com Maria Sullivan menekankan. Satu orang mungkin menjadi orang malam, sementara yang lain lebih suka pagi hari. Seseorang mungkin lebih suka tidur dalam keheningan total, sementara yang lain lebih suka mendengarkan suara laut.

Apa yang harus dilakukan? Jika menyerah, kamu mungkin akhirnya membenci pasangan dan mengorbankan tidur serta kesehatanmu. "Meskipun sulit untuk mengubah kebiasaan lama, kamu dapat memilih untuk tidur secara terpisah daripada mengalah dan mengorbankan pola tidur satu sama lain," kata Sullivan.

Baca juga:

Tanda Dirimu Tidak Lagi Bahagia dengan Pasangan

Berakhir bercerai

Kamu Bisa Lebih Sehat Jika Tidur Sendiri, Tanpa Pasangan
Lihat apakah kamu dapat membuat sedikit penyesuaian untuk membuat waktu tidur lebih menyenangkan. (Foto: freepik/katemangostar)

"Mendengkur sering kali ditertawakan sebagai lelucon, tetapi putusnya hubungan bukanlah bahan tertawaan. Ini terakumulasi ke titik di mana kamu berdua tidak dapat bertahan dari tidur yang terganggu dan kerugian fisik, emosional dan psikologis yang menumpuk akibat kurang tidur," kata pakar tidur dan Presiden American Sleep and Breathing Academy Dr Kent Smith.

Tidak hanya masalah kesehatan serius yang terkait dengan gangguan tidur, kata Smith, tetapi pasangan yang harus berurusan dengan mendengkur, sleep apnea, dan masalah tidur lain, menghadapi tingkat perceraian yang lebih tinggi. “Karena kedua orang dalam hubungan itu kurang tidur, mereka sering mengalami peningkatan konflik dan ketegangan, yang mengakibatkan ketegangan pada pernikahan atau hubungan,” tambahnya.

“Saran saya untuk pasangan adalah tidur bersama sampai kamu tidak bisa tidur bersama lagi,” kata Sullivan.

Dia menambahkan, meskipun ada potensi kerugian untuk berbagi tempat tidur, menjadi dekat dan intim dengan seseorang dapat memberikan waktu ikatan yang dapat memperkuat hubungan dan meningkatkan romansa dalam kehidupan cintamu.

"Cobalah tidur bersama dan bicarakan apa yang berhasil dan apa yang tidak. Lihat apakah kamu dapat membuat sedikit penyesuaian untuk membuat waktu tidur lebih menyenangkan bagi kedua belah pihak,” dia menyarankan.

Namun, jika pasangan berbagi ranjang merasa di bawah tekanan, kata McKenzie, maka kesepakatan itu tidak menguntungkan.

“Tidur bersama adalah konsep yang sangat modern. Pasangan di tahun 1950-an dan 1960-an tidak selalu tidur bersama. Berbagi tempat tidur harus menjadi sesuatu yang menguntungkan kedua pasangan dan bukan sesuatu yang dilakukan karena mereka berdua takut dengan apa yang akan dipikirkan orang lain jika mereka tidak melakukannya,” dia menjelaskan.

Inilah sebabnya mengapa pasangan harus mempertimbangkan betapa bersemangat dan segarnya perasaan mereka ketika mereka tidur bersama atau terpisah. "Pasangan tidak boleh takut untuk tidur terpisah, terutama jika itu membuat masing-masing individu lebih kuat dan lebih berenergi sepanjang hari," demikian McKenzie. (aru)

Baca juga:

Diskusikan dengan Pasangan Sebelum Menikah, Penyelamat Pernikahan

#Sains #Tidur #Relasi #Hubungan Sehat #Percintaan #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.
Bagikan