Kamu Baik-baik Saja, Tak Perlu Panic Buying

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Jumat, 09 Juli 2021
Kamu Baik-baik Saja, Tak Perlu Panic Buying
Memborong barang belum tentu bikin sehat. (Foto: Unsplash/John Cameron)

AKHIR-akhir ini, kita sering melihat fenomena panic buying di beberapa tempat karena penerapan PPKM darurat. Orang-orang berlomba-lomba membeli tabung oksigen dan susu berlogo beruang. Ini tidak 'sehat'. Oleh karena itu, kamu perlu menghindari panic buying.

Mengutip ANTARA, psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia Mega Tala mengingatkan kita untuk menggunakan akal sehat dan hati nurani dalam membeli sesuatu. Ambil saja contoh kasus tabung oksigen yang diburu karena meningkatnya angka COVID-19. Coba berpikir kembali apa gunanya untuk kita yang masih sehat dan di mana urgensinya? Pahami siapa yang sebetulnya membutuhkan alat ini, khususnya di tengah pandemi COVID-19.

“Saran saya, edukasinya itu pertama kembali ke akal sehat dan hati nurani kita. Kalau merasa diri sehat, tidak perlu untuk memborong tabung oksigen,” kata Tala.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pasien COVID-19 yang membutuhkan terapi oksigen adalah mereka dengan gejala berat, kritis, dan gangguan pernapasan.

Sementara pasien tanpa gejala atau bergejala ringan, bisa terus memantau saturasi oksigen mereka lewat oximeter. Angka saturasi dikatakan normal bila menunjukkan kurang lebih sama dengan 95 persen.

Baca juga:

Memahami Panic Buying Susu Beruang

Mencegah Terjadinya Panic Buying
Kembali terjadi setelah masa PSBB. (Foto: Unsplash/John Cameron)


Apabila saat diukur angkanya berada di bawah 95 persen, pasien disarankan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi medis.

Menurut Mega, orang-orang yang punya kapasitas ilmu medis khususnya terkait COVID-19 atau media, bisa memberikan edukasi ke masyarakat dalam bentuk infografis. Bisa digambarkan siapa saja yang membutuhkan terapi oksigen dan bagaimana cara mendapatkan tabung oksigen.

Pemanfaatan TikTok yang sedang populer juga bisa digunakan para pembuat konten.

“Bentuk edukasi yang mudah dipahami bisa infografis. Sekarang juga ada TikTok yang bisa menjadi sarana penyampai informasi. Pokoknya memanfaatkan banyak media untuk mengedukasi masyarakat bahwa tidak perlu panic buying sampai merugikan orang lain,” ujar Tala.

Baca juga:

Ini Kata Psikolog Soal Fenomena 'Panic Buying' Saat PPKM

Mencegah Terjadinya Panic Buying
Buat daftarnya di rumah. (Foto: Unsplash/Cathryn Lavery)

Tala juga menyarankan untuk mempertimbangkan barang-barang apa saja yang dibutuhkan. Sebelum membeli, kamu bisa menulis daftarnya sehingga saat sampai di tempat tidak perlu panik.

Jika merasa tidak nyaman karena pemberitaan yang ada di televisi atau media lainnya, sebaiknya berhenti mengaksesnya terlebih dulu.

“Kita tidak bisa berharap orang lain akan terus mengingatkan, tetapi kita harus sadar bahwa sudah mulai capek dengan pemberitaan ini, membuat tidak nyaman dan jadinya cemas. Mundur dulu, istirahat dulu, ganti dulu tayangan media yang biasa kita lihat supaya lebih rileks,” tutupnya. (and)

Baca juga:

Antisipasi Panic Buying, Polresta Surakarta Awasi Pusat Perbelanjaan

#COVID-19 #Virus Corona #Kesehatan Mental #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.
Bagikan