RAGAM kain wastra lahir dari beraneka ragamnya suku-suku di Indonesia. Salah satunya Suku Tengger yang memiliki ciri khas menggunakan Kain Tenun Goyor.
Suku Tengger atau juga dikenal dengan wong Tengger atau wong Brama merupakan etnis suku yang mendiami sekitar daerah dataran tinggi di Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur. Keberadaan mereka memiliki keterkaitan erat dengan kisah legenda asal mula Gunung Tengger oleh leluhurnya, yakni Rara Anteng dan Jaka Seger ribuan tahun lalu.
Baca Juga:

Kain Tenun Goyor yang selalu mereka pakai termasuk dalam produk kerajinan tradisional Indonesia yang bahannya tidak kaku dan terkesan jatuh. Seiring berkembangnya zaman, kain tenun goyor diproduksi dalam bentuk Sarung Goyor.
Hampir semua masyarakatnya, baik tua dan muda, laki-laki dan perempuan, memakai Sarung Goyor ini. Motifnya pun sangat beragam dan cara menggunakannya pun berbeda-beda.
Motif khas
Kain tenun goyor memiliki corak yang bermacam-macam. Motif yang ditampilkan sebagian besar menampilkan karakter asli Indonesia. Tidak hanya terpaku pada motif-motif klasik, namun kain tenun goyor pun mengikuti perkembangan dan semakin bervariasi. Dari motif yang sulit hingga yang termudah.
Beberapa motif pada kain tenun goyor sering menggunakan bentuk- bentuk geometris, seperti segitiga, belah ketupat, bujur sangkar dan bahkan lingkaran. Selain itu, terdapat pula motif realis seperti bunga, daun dan lainnya.
Baca Juga:
Hadirkan Vila di Atas Laut, Pulau Leebong Kian Mirip Maladewa

Proses pembuatan
Sebagian besar kain tenun goyor dibuat dari benang poliester dan dirajut dengan benang rayon dari tumbuhan eukaliptus. Proses pembuatan kain tenun goyor hingga saat ini masih dipertahankan dengan proses manual.
Hal itu membuat harga kain tenun goyor lebih mahal dibandingkan kain sarung lainnya. Di pasaran, harga per potong kain tenun goyor bisa mencapai Rp200 ribu hingga Rp300 ribu.
Dalam pengerjaan kain tenun goyor, teknik yang diterapkan masih sangat tradisional memakai alat tenun bukan mesin. Alat ini digerakkan oleh manusia. Si pembuat dapat melakukannya sambil duduk atau berdiri. Dengan menggunakan alat tenun bukan mesin, membuat kualitas tenun khas suku Tengger di Indonesia ini tetap terjaga.
Makna dari pemakaian kain
Melansir laman wisatalumanjang, Romo Bambang Dukun Adat Ranupani menyampaikan bahwa kain tenun goyor merupakan salah satu ciri khas masyarakat Suku Tengger dan terdapat makna khusus dalam pemakaiannya. Suku Tengger memiliki beberapa tujuan dari penggunaan kain tenun goyor yakni, Gendong, Sembong dan Kaweng.
Gendong diartikan bahwa kain tenun goyor digunakan untuk menggendong anak atau membawa suatu barang. Sembong memiliki arti digunakan untuk mengikat perut. Sedangkan Kaweng memiliki arti untuk menghangatkan tubuh.
Penggunaan kaweng juga memiliki arti disetiap simpulnya. Simpul di sebelah kanan menandakan bahwa wanita tersebut belum memiliki pasangan. Simpul di sebelah kiri menandakan bahwa wanita tersebut sudah menikah namun berpisah. Simpul di belakang menandakan wanita tersebut sedang hamil. Dan terakhir simpul di depan yang menandakan wanita tersebut sudah menikah.
Meskipun zaman telah berubah, budaya memakai kain tenun goyor tetap terus dilestarikan sebagai warisan budaya leluhur yang berharga. Mari kita jaga dan lestarikan bersama. (dgs)
Baca Juga:
Destinasi Wisata Indonesia yang Diakui UNESCO, Wajib Kamu Kunjungi