Kain, Penanda Status Sosial Masyarakat Jawa Kuna
Para putri bangsawan Jawa mengenakan kain batik dengan beragam motif. (tropenmuseum)
KAIN memiliki beragam fungsi. Di samping berfungsi sebagai penutup tubuh dan pelindung, lalu menutup kekurangan tubuh, juga memiliki fungsi lain untuk menunjukkan status sosial pemakainya. Pada relief Karmawibhangga, di dinding candi Borobudur, ditampilkan guratan fungsi kain di masa Jawa kuna.
“Kalangan status sosial rendah, kain yang dipakai hanya sebatas menutupi tubuh, sedangkan yang status sosial tinggi berfungsi menghias tubuh bahkan menjadi ciri kebesaran,” tulis Inda Citraninda Noerhadi dalam bukunya Busana Jawa Kuna.
Kain-kain istimewa bagi strata bangsawan, sebagai penanda kebesarannya, acap dihias secara khusus, baik disulam dengan benang emas atau ditulis dengan bubuk emas. Tulisan dengan emas ini, dalam batik tradisional, disebut dengan istilah prada (parada).
Hasil pembacaan prasasti dan naskah abad IX-X, menurut Edhie Wurjantoro dan Tawalinudin Haris dalam artikel berjudul Kain "Dalam Masyarakat Jawa Kuna", mengungkap fungsi sosial dari wdihan (kain) lebih menonjol dari fungsi ekonominya.
Dalam beberapa sumber prasasti dari abad IX-X tersebut, ditemukan kata wdihan merujuk pada pakaian laki-laki. Wdihan biasanya diberikan kepada kaum laki-laki sebagai pasek, atau hadiah sewaktu diadakan upacara penetapan sebuah wilayah menjadi sima atau menjadi tanah perdikan. Sedangkan sebutan pakaian untuk kaum perempuan adalah ken atau kain.
Di samping wdihan, berdasar penelitian Edie Wurjantoro, terdapat istilah wastra, sinjang, kampuh, tapih dan kain. Semua istilah tersebut merujuk pada kain sebagai bahan sandang. Semuanya berbahan sutra atau katun. Warnanya pun beragam, ada merah, biru, hijau tua, jingga, ungu dan kuning emas.
Penyebabnya, tulis Wurjantoro lebih lanjut, ada beberapa jenis wdihan hanya boleh dipakai kalangan terbatas seperti bangsawan. Sehingga, hanya dengan mengamati jenis wdihan-nya saja, sudah teridentifikasi dari kelas mana si pemakai berasal.(*) Achmad Sentot
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Peragaan Busana Hari Batik Nasional 1.717 Pelajar di KRL Pecahkan Rekor MURI
Rahasia Batik Indonesia Tak Hanya Warisan Budaya, Tapi Senjata Ampuh di Kancah Global
Kunjungi Kampung Batik Kauman, Gibran Minta Tingkatkan Produktivitas Produk
Galeri Indonesia Kaya Jadi 'Tuan Rumah' Pemutaran 'Tutur Batik: Jejak Artistik Para Penjaga Tradisi Batik Jawa Barat'
Pagelaran Tutur Batik: Jejak Artistik Para Penjaga Tradisi Batik Jawa Barat
Tutur Batik: Upaya Menjaga Tradisi dan Inovasi Kriya Batik Jawa Barat
Manchester United Ucapkan Selamat Hari Batik Nasional
Rieke Diah Pitaloka Sebut Peringatan Hari Batik Bisa Dongkrak Ekonomi
Peluang Ekspor Batik Indonesia Masih Sangat Tinggi