MODEST Young Designer Competition (MDYC) sukses digelar di MUFFEST+ 2023 dengan menampilkan 15 desainer pilihan, Rabu (8/3). Lewat koleksi busana muslim yang ditampilkan, beberapa desainer menggunakan wastra nusantara, salah satunya adalah Ira Indira yang memanfaatkan kain dari Daerah Istimewa Yogyakarta
Ira membagikan ceritanya kepada tim Merah Putih tentang koleksi yang ditampilkan di panggung MUFFEST+ 2023. Ia berhasil menghadirkan tiga busana yang dipadupadankan dengan kain Batik Kawung, lewat koleksinya yang diberi nama 'Suwung'.
"Inspirasinya dari kenangan masa kecil. Kalau disuruh gambar batik, pasti gambarnya batik Kawung yang geometris gitu," jelasnya.
Baca juga:
MUFFEST+ 2023: Indonesia Harus Jadi Pusat Modest Fashion Dunia

Pada koleksinya di MUFFEST+ 2023, desainer muda itu ingin membagikan cerita lewat tampilan busana yang sederhana, dan cocok bagi para remaja muslimah yang baru mengenakan hijab. Tampilan sederhana dan chic dapat terlihat dari penggunaan warna-warna 'ala' monokrom seperti putih dan navy. Koleksinya kali ini tentunya terinspirasi dari kesederhanaan batik Kawung itu sendiri.
Dalam kurun waktu pengerjaan kurang dari satu bulan, mulai dari desain hingga menjahit pakaian, Ira berhasil merancang tiga busana dengan tampilan yang berbeda untuk kompetisinya.
Demi melestarikan budaya, Ira mengaku langsung membeli batik ke pengrajin Batik Kawung. "Aku pesen di pengerajinnya langsung sih, tapi kalo kain yang lain aku belinya online," tutur Ira.
Baca juga:

Selain Ira, terdapat desainer muda lain yang juga terlihat menggunakan wastra asal Yogyakarta. Berbeda dengan Ira, AA Fahrul Rozi dalam koleksinya yang bertajuk 'ASIMETRIS' menggunakan Batik Lurik untuk ketiga potong busananya.
"Busana ini tuh menggambarkan semangat juang masa muda gitu. Pemakaian Lurik itu menggambarkan semangat jiwa muda tuh tegas gitu, jadi cari kainnya yang tegas gitu. Kaya Lurik kan motifnya tegas tuh, lurus lurus gitu," ujar Fahrul kepada Merah Putih.
Koleksi 'ASIMETRIS' dari Fahrul juga dipadupadankan dengan kain tie dye yang dibuat dengan makrame. Butuh waktu lebih dari satu bulan untuk Fahrul menyelesaikan satu koleksi busana muslim ini.
Meski kedua desainer muda tersebut belum berhasil mendapatkan penghargaan, mereka berharap kompetisi ini dapat menjadi batu loncatan untuk turut serta di berbagai macam kompetisi lainnya. Selain itu, baik Ira maupun Fahrul, masih berencana untuk kembali menggunakan wastra nusantara sekaligus melestarikan kain khas Indonesia. (mro)
Baca juga: