SEBUAH kafe di timur laut Thailand telah menjadi rumah bagi para pedagang cryptocurrency. Lokasi tersebut memasang banyak layar yang menunjukkan pergerakan pasar terbaru dan memberikan saran investasi bersama kopi dan kue.
Di balik eksterior tenang pohon sakura, pelanggan HIP Coffee & Restaurant membuka laptop mereka sambil menikmati es kopi. Mereka ialah bagian dari peminat aset digital di Thailand yang membuat para regulator khawatir.
“Sangat menyenangkan bagi saya untuk berada di sini karena saya bisa bertemu orang-orang yang memiliki minat yang sama,” kata Detnarong Satianphut, seorang crypto trader berusia 35 tahun.
BACA JUGA:
"Kami dapat bertukar informasi karena di dunia trading kami menghadapi jutaan orang," ujarnya seperti diberitakan Reuters.
Cryptocurrency telah mendapatkan momentum di Thailand dengan aset digital sebanyak 251 miliar baht (Rp 108.407.041.789.900) dalam perdagangan pada November, menurut data resmi terbaru.

Kafe HIP, yang telah ada sejak 2013, menambahkan layanan konsultasi crypto pada 2020. Sejak itu, menurut staf, pelanggan mereka berlipat ganda. Manajer Oakkharawat Yongsakuljinda mengatakan kafe tersebut memberikan peluang investasi alternatif bagi orang-orang di sekitar Provinsi Nakhon Ratchasima.
Selain menawarkan konsultasi investasi gratis, kafe ini juga berencana untuk memulai koin cryptocurrency sendiri.
Pelanggannya mengatakan perdagangan di kafe menawarkan mereka peluang sukses terbaik di pasar yang bergejolak, dengan cryptocurrency paling terkenal, bitcoin, mencapai posisi terendah enam bulan minggu ini.
"Memiliki begitu banyak layar sangat membantu. Kami segera mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mogok dan apakah kami harus membeli," kata trader berusia 23 tahun Apakon Putnok.
Pengaturan crypto trading

Sebelumnya diberitakan, pada Januari, Thailand mengatakan akan mulai mengatur penggunaan aset digital sebagai pembayaran, memperingatkan potensi risiko terhadap stabilitas keuangan dan sistem ekonomi secara keseluruhan.
Operator bisnis aset digital telah memperluas bisnis mereka untuk mencakup layanan yang terkait dengan penggunaan aset digital sebagai pembayaran, yang dapat menghasilkan adopsi yang lebih luas dari aktivitas tersebut. Hal itu berpotensi berdampak pada stabilitas keuangan dan sistem ekonomi secara keseluruhan.
Pengumuman itu muncul beberapa jam setelah regulator di Indonesia memperingatkan perusahaan keuangan untuk tidak menawarkan dan memfasilitasi penjualan crypto di tengah ledakan penggunaannya.
Bank sentral Thailand telah berulang kali menekankan bahwa mereka tidak mendukung penggunaan crypto sebagai pembayaran.
Itu belum akan mencakup penggunaan aset digital sebagai pembayaran antara pedagang dan pelanggan, sedangkan perdagangan aset cypto masih diperbolehkan. Namun, bank sentral dan lembaga terkait akan mempertimbangkan untuk mengizinkan aset digital yang bermanfaat bagi negara untuk beroperasi.
Perdagangan dan penggunaan cryptocurrency telah mendapatkan momentum di Thailand dengan pengecer dan pengembang realestat menerima aset digital sebagai pembayaran.(aru)