DUNIA seni sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari musisi bernama asli Baskara Putra ini. Mulai dari seni rupa hingga seni musik, semua menarik perhatiannya. Ketika usia 13 tahun, ia menaruh minat mendalam pada seni rupa. Aplikasi Photoshop menjadi senjata andalannya kala itu. "Gue mulai punya ketertarikan sama visual art. Beli buku tentang graphic design terus mempelajari album cover," ujarnya saat tampil di live Instagram bersama Riri Riza.
Saat memasuki SMA, minatnya akan seni semakin berkembang. Ia mulai tertarik dengan seni musik. Beberapa kali ia membentuk band. Ketertarikan tersebut terus berlanjut hingga duduk di bangku kuliah. Di akhir semester kedua, ia membentuk band yang kemudian dikenal dengan nama Feast.
Baca Juga:

Uniknya, meskipun memiliki minat yang sangat besar pada seni, ia justru tak ingin mempelajarinya secara formal di bangku kuliahan. Sebaliknya, ia justru memilih studi ilmu sosial, yakni ilmu komunikasi di Universitas Indonesia. "Gue merasa, in a way, gue more socially grounded. Sudut pandang itu enggak gue dapat kalau gue purely art atau eksakta," ungkapnya menjelaskan alasan lebih memilih kuliah ilmu sosial ketimbang seni.
Saat sesi live Instagram, Cabin Fever, Kamis (30/4), ia ditanya Riri Riza apakah latar belakang studinya memengaruhi musiknya.
"Sangat sih. Menurut gue yang pertama ada pengaruh dari lingkungannya. Orang yang elu temui di kampus itu di jurusan itu karakteristiknya berbeda jadi bisa lebih memahami berbagai macam jenis manusia," ucapnya. Pengaruh kedua yang ia rasakan ialah bagaimana jurusan yang ia pilih tersebut memengaruhi pola pikirnya dalam menentukan sikap bermusik.
Baca Juga:

Meskipun begitu, Hindia berpendapat bahwa pilihan jurusan saat kuliah tak serta-merta menentukan pilihan pekerjaan kamu. "Buat gue, lu bisa kerja apa pun di saat lu kuliah apa pun karena yang dipakai dan dibawa itu pola pikir. You treat your job dengan pola pikir yang lu bawa dari jurusan," urainya.
Ketika masih berstatus sebagai mahasiswa, Hindia cukup aktif dalam menyuarakan aspirasinya. Seiring berjalannya waktu dan kematangan pemikiran, ia mencoba cari cara lain untuk tetap vokal, tapi dengan cara yang lebih berkelas. Musiklah jawabannya. "Ada argumen yang mengatakan bahwa turun ke jalan penting, tetapi menurut gue sekarang itu hanya seremonial. Walaupun ujung-ujungnya ke arah sana, tetapi enggak perlu selalu dengan cara itu. Menurut gue musik itu bisa jadi medium tepat," jelasnya.
Dengan kepercayaan akan hal itu, Hindia berkreasi menyampaikan pemikirannya dalam durasi lagu yang singkat. "Gimana caranya dengan sebuah lagu kita bisa memperkenalkan isu. Yang kalau di dalam forum bisa sejam, tetapi dengan musik bisa selesai dalam waktu 3 menit," jelasnya.

Dan benar saja, tanpa harus turun ke jalan, Hindia cukup berhasil memperkenalkan isu-isu terkini kepada anak muda. Ia menilai hal tersebut lebih efektif dan efisien daripada harus sibuk turun ke jalan atau berdebat.
Saat mendengar penuturan Hindia, Riri pun tak bisa menutupi kekagumannya. "Musik itu digital content. It says aloud. Itu menyentuh anak-anak muda yang bisa dengan mudah menyebarkannya. Menurut gue keren sih," pujinya.(avia)
Baca juga: