MerahPutih.com - Jelang pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 4 November 2020, sekitar 90 juta warga negara Amerika Serikat sudah menggunakan hak pilihnya. Jumlah ini, tercatat memecahkan rekor jumlah pemberi suara awal di pemilihan presiden AS.
Tinggi pemilih awal yakni sekitar 65 persen dari total pemilih pada pilpres 2016, mencerminkan minat kuat pada persaingan antara Trump dan Biden. Dua kandidat inipun, terus mencoba merebut hati orang-orang yang belum menetapkan pilihan.
Kekhawatiran tentang kemungkinan penularan virus corona di tempat-tempat pemungutan (TPS) suara pada Hari Pemilihan juga telah mendorong lebih banyak orang untuk memberikan suara di TPS lebih dini, atau melalui pos.
Baca Juga:
Seminggu Jelang Pilpres AS, 66 Juta Warga Telah Memilih
Para pemilih mengatakan virus corona merupakan topik utama yang menjadi perhatian mereka. Saat ini, kedua kandidat hanya punya sisa tiga hari untuk berkampanye.
Sejumlah jajak pendapat menunjukkan posisi Trump tertinggal secara nasional dari Joe Biden sang mantan Wakil Presiden AS. Namun, kedua kandidat menunjukkan persaingan lebih ketat di negara-negara bagian paling kompetitif yang akan menentukan hasil pemilihan.
Dikutip dari Antara, Trump telah berulang kali mengklaim bahwa surat-surat suara melalui pos rentan terhadap penipuan. Ia menyatakan, pendapat bahwa hanya suara yang terkumpul pada malam pemilihanlah yang harus dihitung.
Tim kampanye Trump juga terus berusaha agar larangan pemberian suara dikeluarkan bagi para pemilih yang tidak hadir.
"Saya tidak peduli seberapa keras Donald Trump mencoba. Tidak ada yang saya bisa katakan lagi "tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikan rakyat negara ini memberikan suara dalam jumlah yang sangat banyak dan mengembalikan demokrasi ini," kata Biden.
Baca Juga:
Menilik Peran Diaspora Indonesia Dalam 'Pertarungan' Joe Biden-Donald Trump