Film
Julianto Eka Putra Ungkap Kunci Sukses Siswa Sekolah Selamat Pagi Indonesia
WAKTU sudah menunjukkan hampir pukul 16.00. Namun, suasana jumpa pers film Anak Garuda di Restoran Ta Wan, Epicentrum, Jakarta Selatan, pada Senin (13/1), masih tetap penuh semangat layaknya di pagi hari.
Hal itu sama dengan semangat yang ditanam oleh Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) di Kota Batu, Jawa Timur. Bagi sekolah inspiratif untuk kalangan miskin ini, setiap waktu merupakan pagi hari. Karena pagi hari merupakan awal yang penuh energi untuk menghadapi hari.
Baca juga:
Semangat tersebutlah yang pada akhirnya membawa para siwa Sekolah SPI berhasil meraih kesuksesan walau harus melewati berbagai macam rintangan hidup. Kisah inspiratif mereka pun diceritakan melalui sebuah film bertajuk Anak Garuda.
Saat jumpa pers film Anak Garuda berlangsung, pendiri Sekolah SPI, Julianto Eka Putra berbagi cerita mengenai kunci kesuksesan para siswanya. Rupanya, kunci kesuksesan mereka amatlah sederhana, yaitu pantang menyerah. "Menemui kegagalan sudah pasti dalam hidup, yang penting jangan pantang menyerah," ujar Julianto.
Bagi Koh Jul, sapaan akrab Julianto, tidak mungkin seseorang bisa mulus melewati tantangan hidup tanpa menemui kegagalan. Menemui kegagalan sudah menjadi hal biasa. Justru kegagalan lah yang bisa menjadi guru paling bijak bagi setiap orang.
Belum lagi, siswa-siswa Sekolah SPI memiliki beban hidup yang berat. Mereka berasal dari keluarga miskin dan memiliki masa lalu yang suram. Koh Jul pun selalu berpesan kepada para siswa untuk melupakan masa lalu dan fokus untuk merubah diri demi meraih masa depan cemerlang. "Saya selalu bilang, masa lalu tidak akan menentukan masa depan," tambahnya.
Siswa Sekolah SPI memang dikenal pantang menyerah. Terutama tujuh alumni sekolah itu yang kisahnya diangkat dalam film ini, Sheren (Rania Putrisari), Olfa (Clairine Clay), Wayan (Geraldy Kreckhoff), Dila (Rebecca Klopper), Sayidah (Tissa Biani), Yohana (Violla Georgie), dan Robet (Ajil Ditto).
Baca juga:
Ketujuh alumni tersebut dipercayakan oleh Koh Jul untuk menjalankan operasional SPI. Hal itu tentu tidak berjalan mudah. Perbedaan pendapat tak jarang membuat mereka terpecah. "Hal paling sulit memang membangun kepercayaan diri dalam diri mereka," imbuhnya.
Belum lagi ada sifat iri di antara mereka. Ada pula yang saling memiliki hubungan asmara, ini membuat mereka jadi tidak bisa fokus untuk mengemban tugas yang dipercayakan Koh Jul. Hingga pada akhirnya, suatu hari mereka memiliki kesempatan untuk ke Eropa.
Walau impian pergi ke Eropa sudah di depan mata, lagi-lagi mereka harus mengurungkan keinginannya. Hal ini dikarenakan visa mereka ditolak. "Visa kami ditolak karena kami dikira mau melakukan human trafficking," ujar Yohana, yang hadir dalam temu pers itu.
Lagi-lagi menyerah tidak menjadi pilihan mereka. Mereka tetap memperjuangkan impian agar bisa menginjakkan kaki di benua biru. Perjuangan mereka pun terbayar ketika suatu hari mereka dikunjungi oleh Duta Besar Swiss.
Akhirnya mereka berhasil mendapatkan visa untuk pergi ke Eropa. Duta Besar Swiss tersebut memberikan perijinan visa lantaran seseorang yang bijak telah memberikan profil ketujuh siswa tersebut kepadanya.
Koh Jul benar-benar membuktikan kesuksesan ketujuh alumni tersebut. Mereka tidak hanya mendapatkan kesuksesan, melainkan menjadi contoh para adik kelas generasi penerus Sekolah SPI. "Mereka ada yang bisa beli tanah, memberangkatkan orang tua naik haji, dan sekarang adik kelas mereka bisa melihat keberhasilan kakak kelasnya," tukas Koh Jul.
Film Anak Garuda akan tayang serentak di bioskop-bioskop Indonesia pada 16 Januari mendatang. (ikh)
Baca juga:
Rania Putrisari Alami Banyak Perubahan Positif Setelah 'Anak Garuda'