Jubah Perang Sabil Pangeran Diponegoro


oethe- Institute Indonesien Heinrich Blomeke (ketiga kiri) melihat sejumlah koleksi dalam pameran Aku Diponegoro : Sang Pangeran dalam Ingatan, dari Raden Saleh hingga Kini. (Antara Foto)
MerahPutih Nasional- Sejak hari pertama Perang Jawa pada 20 Juli 1825, Pangeran Diponegoro selalu berpakaian layaknya pemuka agama perang sabil bergaya Arab, yaitu sorban, jubah dan baju koko putih. Jubah pahlawan nasional pejuang kemerdekaan ini, kemudian dilukis dan dirancang pada 1825-1830 dengan ukuran 200x100 centimeter.
Jubah ini terbuat dari kain sutera Shantung dan Cinde serta menjadi koleksi warisan keluarga Mertanegaran yang dipinjamkan secara permanen kepada Museum Bakorwil II, Magelang, Jawa Tengah. Busana yang digunakan Pangeran Diponegoro dan dipamerkan ini tertulis dalam katalog pameran bertajuk "Aku Diponogoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa dari Raden Saleh hingga Kini" di Galeri Nasional Indonesia (GNI), Jakarta. Pameran ini dimulai pada 5 Februari sampai 8 Meret 2015 mendatang.
Dalam katolog pameran disebutkan, busana yang digunakan pejuang kemerdekaan ini mungkin saja diusulkan oleh penasehat Arabnya, Syeh Ahmad Al-Ansari, yang berasal dari Jeddah. Pakaian tersebut kemudian dirampas saat penyergapan oleh Mayor A.V. Michiels di Wilyah pegunungan Gowong, sebelah Barat Kedu, pada 11 November 1829.
Baca Juga: Melirik Kembali Kesaktian Pelana Kuda Pangeran Diponegoro
Usai perang, jubah sang Pangeran, dengan tepi brokat yang konon dijahit oleh gundik Cinanya, disimpan oleh putra menantunya, Basah Mertonegoro (Basah Ngabdulkamil), keluarganya yang kemudian menjaga pakaian tersebut selama lebih dari sebada lamanya. Pada tahun 1970 an, jubah yang dianggap pusaka Pangeran Diponegoro ini kemudian dipinjamkan secara permanen kepada Museum Bakorwil II, Magelang Jawa Tengah, yang menjaganya di Ruang Diponegoro.
Seiring perkembangan waktu dan zaman, busana tersebut kemudian menjadi objek pemujaan dengan cepat. Sebab, para pengunjung kerap menarik untuk disimpan sebagai jimat. Ini adalah kala pertama jubah Sang Pangeran dihadirkan diluar Magelang. Demikianlah isi tulisan yang ada di katalog tersebut. (hur)
Bagikan
Berita Terkait
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD

Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya

Wamensos Sebut Keputusan Gelar Pahlawan Soeharto Ada di Istana

Hari Buruh 2025: Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Intip Profilnya

Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto

Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!

Polemik Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Setara Institute Khawatir soal Kebangkitan Orba

Rencana Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Tuai Polemik, Mensos: Wajar, Manusia Punya Kekurangan dan Kelebihan

Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Titiek: Jasanya Begitu Besar
