Pesona Indonesia
Jokowi Pakai Baju Adat Sasak, Yuk, Kenalin Keindahan Kain Tenunnya
SAAT menyampaikan pidato kenegaraan pada Jumat (16/8), Presiden Jokowi tampil beda. Alih-alih mengenakan jas resmi, Jokowi tampil gagah dengan baju adat suku Sasak. Salah satu bagian yang menonjol dari baju adat Sasak ialah kain tenunnya.
Suku yang mayoritas mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, itu memang terkenal amat piawai dalam menenun, khususnya kaum perempuan.
BACA JUGA: Sentra Tenun Sasak, Destinasi Wajib saat Traveling ke Lombok
Kaum perempuan di Lombok memiliki keterampilan menenun karena hal itu menjadi persyaratan ketika akan menikah. Mereka diwajibkan bisa membuat tiga kain, satu untuk dirinya sendiri, untuk suami, dan satu lagi untuk mertua perempuan.
Kini, perempuan Sasak banyak membuat kain tenun untuk dijual kepada wisatawan. Biasanya kain-kain indah hasil karya para perempuan Sasak itu dijual kepada koperasi. Pihak koperasi akan menjualnya kembali. Meskipun demikian, kain tenun Sasak tidak diproduksi massal untuk dijual. Kain hanya dibuat beberapa lembar untuk memenuhi permintaan wisatawan.
Kain tenun Sasak punya warna menarik dan beragam motif. Ragam motif tenun Sasak amat dipengaruhi agama yang dianut suku ini. Sebelum masuknya Islam, motif kain tenun didominasi motif tumpal/pucuk rebung. Bentuknya segitiga yang mirip deretan gunung. Motif tersebut merupakan perwujudan Dewi Sri sebagai dewi kemakmuran. Ada juga motif hewan seperti burung.
Setelah masuknya agama Islam, motif tenun Sasak didominasi tumbuh-tumbuhan, seperti sulur, pucuk rebung, pohon hayat, bunga-bunga dan bunga bersusut delapan seperti bintang. Sementara itu, motif geometris hanya ada pada kain pelekat.
Selain ciri khas motif dan warna yang beragam, kain tenun Sasak Lombok punya tekstur tebal, tidak mudah kusut, dan tak mudah luntur. Hal itu dihasilkan dari teknik pembuatan kain yang dilakukan para perempuan Sasak. Ada empat teknik dalam menenun kain Sasak, yaitu:
1. Tenun pelekat
Teknik tenun pelekat dilakukan dengan mencelupkan benang lungsin yang disusun secara sejajar dan benang pakan yang disematkan melintang ke benang lungsin ke dalam warna. Hasilnya, corak rias yang beraneka warna dengan bentuk kotak-kotak besar dan kecil.
Umumnya kain sarung tenun yang dibuat dengan teknik pelekat bermotif loreng/bertapak catur. Suku Sasak mengenal teknik ini dengan beberut.
2. Tenun songket
Dengan teknik menenun songket, kain yang dihasilkan berhias timbul yang terbuat dari benang katun, benang emas atau perak.
3. Tenun sulam
Teknik ini dilakukan dengan menjahitkan benang berwarna di permukaan kain berdasarkan pola dan corak tertentu.
4. Tenun ikat
Kain tenun ikat dibuat dengan mengikat bagian tertentu pada benang sehingga bagian tersebut tak terkena warna saat benang dicelup dalam zat warna. Pengikatan benang yang sedemikian rupa menghasilkan bentukan dan keharmonisan warna sesuai dengan motif yang ditentukan sebelumnya.
Tak mudah membuat selembar kain tenun Sasak. Dibutuhkan kesabaran, ketelatenan, juga kreativitas. Perempuan pemintal akan duduk beselanjar dengan kedua kaki direntangkan ke depan. Sebuah palang kayu menahan panggul mereka. Sebuah alat tenun diletakkan di pangkuan mereka. Biasanya mereka akan duduk menenun seharian dan hanya istirahat untuk makan siang. Dalam sehari, perempuan penenun mungkin hanya bisa menyelesaikan 8-10 cm. Tidak mengherankan jika satu kain bisa selesai dalam jangka waktu 2-3 bulan.
Bagi suku Sasak, kain tenun amat berhubungan dengan budaya mereka. Di beberapa desa yang masih mempertahankan adat, para perempuan lazim mengenakan kain tenun sehari-hari. Selain itu, beberapa upacara adat dan keagamaan pun menggunakan kain adat sebagai sarananya.
Saat kamu berkunjung ke Lombok, jangan hanya membawa pulang kain tenun indah ini. Rasakan juga pengalaman balajar menenun kain langsung ke para perempuan Sasak. Ada tiga sentra kerajinan tenun Sasak di Lombok yang bisa kamu kunjungi, yakni Desa Sukarara di Lombok Barat, Desa Adat Sade di Lombok Tengah, serta Desa Pringgasela di Lombok Timur.(dwi)