Jokowi: Ekonomi Indonesia Diproyeksi Pulih Tercepat Setelah Tiongkok

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Selasa, 28 Juli 2020
Jokowi: Ekonomi Indonesia Diproyeksi Pulih Tercepat Setelah Tiongkok
Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan saat penyerahan bantuan modal kerja di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/7/2020). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.

MerahPutih.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengutip lembaga keuangan global mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia pasca-pandemi COVID-19 diproyeksikan tercepat setelah Tiongkok.

"Indonesia juga diproyeksikan masuk ke kelompok dengan pemulihan ekonomi tercepat setelah Tiongkok. Kalau proyeksi ini benar, saya kira patut kita syukuri," kata Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (28/7).

Baca Juga:

Jokowi Kembali Ingatkan Pembantunya Punya Aura Tangani Krisis

Meski diprediksi ekonomi Indonesia pulih dengan cepat, tetapi Jokowi tetap meminta agar waspada. Jokowi mengingatkan situasi ekonomi global berkembang sangat dinamis penuh dengan ketidakpastian. "Risiko terjadinya gelombang kedua, second wave, dan masih berlanjutnya sekali lagi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2021," tegas dia.

Namun, Jokowi kembali mengutip optimistis tiga lembaga keuangan global Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengenai prediksi perekonomian dunia akan mulai tumbuh positif pada 2021.

"Bahkan IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,4 persen, ini sebuah perkiraan yang sangat tinggi menurut saya. Bank dunia 4,2 persen, OECD 2,8-5,2 persen. Saya kira kalau perkiraan ini betul, kita akan berada pada posisi ekonomi yang juga mestinya itu di atas pertumbuhan ekonomi dunia," papar Presiden.

Jokowi
Presiden Joko Widodo saat pimpin rapat. (Foto: Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden).

Padahal dikutip Antara, lembaga-lembaga itu sebelumnya menyatakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan selalu minus. IMF memprediksi minus 2,5 persen, Bank Dunia menyatakan akan tumbuh minus 5 persen sedangkan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menilai pertumbuhan ekonomi akan minus 6-7,6 persen. Untuk itu, Jokowi meminta agar angka-angka indikator ekonomi makro dikalkulasi dengan cermat dan hati-hati optimis.

"Harus optimis, tapi juga harus realistis dengan pertimbangkan kondisi dan proyeksi terkini. Kita juga harus memastikan prioritas untuk 2021 dan juga pelebaran defisit untuk APBN 2021 yang difokuskan dalam rangka pembiayaan kegiatan percepatan pemulihan ekonomi dan sekaligus penguatan transformasi di berbagai sektor," tutup Kepala Negara. (*)

Baca Juga:

Kasus COVID-19 Tembus 100 Ribu, Pemerintah Terkesan Kurang Kreatif

#COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Wisnu Cipto

Bagikan