INGGRIS mengakui kesiapannya untuk membantu maksimalkan bidang perdagangan para negara berkembang, khususnya Indonesia, komitmen ini dibuktikan dengan terjadinya penandatanganan Joint Economic and Trade Committee (JETCO).
Pertemuan pertama JETCO telah terselenggara Jakarta, Rabu (23/2/2022), dipimpin langsung oleh Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi, dihadiri oleh Secretary of State for International Trade of the United Kingdom Anne-Marie Trevelyan. Dalam pertemuan ini sebagai lawatan pertama Menteri Perdagangan Inggris Trevelyan ke Indonesia setelah dilantik pada 15 September 2021 lalu.
Baca Juga:
Atase Perdagangan Indonesia di Den Haag Promosikan 36 Varietas Kopi Indonesia

“Kunjungan ini mencerminkan komitmen Indonesia dan Inggris untuk meningkatkan hubungan perdagangan yang lebih kuat pascapandemi COVID-19, serta menggali potensi kerja sama kedua negara,” jelas Mendag Lutfi.
JETCO merupakan forum dialog tingkat menteri antara Indonesia dan Inggris untuk mendorong hubungan perdagangan dan investasi kedua negara melalui peningkatan kerjasama. Komitmen ini dibentuk melalui nota kesepahaman yang ditandatangani kedua Menteri pada April 2021 sebagai tindak lanjut rekomendasi Joint Trade Review (JTR) Indonesia-Inggris.
Menteri Anne-Marie Trevelyan dalam wawancara secara daring mengungkapkan bahwa Inggris berupaya dan memikirkan bagaimana kita bisa meningkatkanperdagangan dengan kawasan luar biasa ini, termasuk dengan negara berkembang yang ekonominya tumbuh. Inggris ingin menjadi Pusat hubungan perdagangan.
Dia menyoroti pentingnya kerja sama yang berkaitan dengan pencapaian tujuan netral karbon atau net zero. Inggris memimpin dengan upaya transisi infrastruktur dan produksi energi untuk beberapa tahun ke depan. Indonesia-Inggris membentuk dua kelompok kerja sektoral, yakni Sectoral Working Group on Food, Beverages, and Agriculture dan Sectoral Working Group on Renewable Energy and Green Growth.
Untuk Sectoral Working Group on Food, Beverages, and Agriculture ini di pihak Indonesia akan dipimpin oleh Kementerian Pertanian. Sementara delegasi untuk Sectoral Working Group on Renewable Energy and Green Growth akan dipimpin Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Selain kedua Kementerian tersebut, beberapa kementerian dan lembaga terkait lainnya juga turut diundang dan hadir pada pertemuan pertama JETCO, di antaranya Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perindustrian, Kementerian Investasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal.
Baca Juga:

“Pembentukan dua kelompok kerja sektoral tersebut merupakan langkah awal setelah kedua negara mengidentifikasi sektor-sektor potensial untuk dikerjasamakan. Diharapkan setelah pertemuan ini, kedua kelompok kerja sektoral tersebut dapat segera bertemu dan mendiskusikan peluang kerja sama yang kongkret,” jelas Mendag Lutfi.
“Indonesia memiliki potensi energi yang sangat besar dan dipercaya menjadi negara adidaya untuk energi bersih dan terbarukan. Untuk itu, Inggris siap membantu dalam bidang tersebut dengan membawa teknologi inovatif. Pemerintah Inggris mendukung penuh upaya Indonesia untuk mewujudkan potensi tersebut dan siap berkolaborasi untuk mewujudkan semua komitmen,” terang Sekretaris Trevelyan.
Sekretaris Trevelyan juga menyampaikan, kerja sama untuk produk makanan dan minuman, serta komoditas pertanian juga memiliki peluang untuk terus ditingkatkan. “Kami ingin bekerja sama untuk mengidentifikasi hambatan pasar sehingga dapat meningkatkan perdagangan dan kemitraan kedua negara,” imbuhnya.
Nilai perdagangan Inggris dan Indonesia mencapai 2,6 miliar poundsterling, lebih dari Rp50 triliun. Namun, capaian ini seharusnya bisa lebih tinggi. Pada periode 2021, ekspor Indonesia ke Inggris tercatat sebesar USD 1,5 miliar (Rp21,5 triliun)sedangkan impor Indonesia dari Inggris sebesar USD 1,1 miliar (Rp157 triliun). Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Inggris pada 2021 adalah produk pertukangan dan bahan bangunan rumah dari kayu; alas kaki dengan sol karet, plastik, kulit, maupun kain; minyak kelapa sawit dan fraksinya; alas kaki dengan sol luar karet, plastik, kulit samak, atau kulit komposisi dengan bagian atas bahan tekstil; serta kayu lapis.
Sementara impor utama Indonesia dari Inggris pada 2021 adalah kertas atau kertas karton yang dipulihkan; sisa dan skrap fero dari besi dan baja; obat-obatan; perangkat listrik untuk jaringan telepon; dan keran, klep, katup dan peralatan semacam itu untuk pipa. (DGS)
Baca Juga:
Larangan Ekspor Bahan Mentah Bikin Neraca Perdagangan Indonesia Surplus