Jerman Gelontorkan Rp 2.940 Triliun Stabilkan Ekonomi dan Inflasi
Indeks harga saham Jerman DAX terlihat di lantai bursa di Frakfurt, Jerman, Senin (29/3/2021). REUTERS/Staff/WSJ/djo (REUTERS/STAFF)
MerahPutih.com - Otoritas statistik Jerman mengumumkan bahwa inflasi telah melonjak ke rekor baru 10 persen pada September. Menurut angka awal oleh Kantor Statistik Federal, harga energi naik sangat tajam, sebesar 43,9 persen tahun-ke-tahun.
Jerman memasang payung pertahanan hingga 200 miliar euro setara USD 196 miliar ((1 euro = 0,98 USD) atau Rp 2.940 Triliun (Kurs Rp 15.000), untuk menstabilkan ekonomi negara itu selama krisis energi, Kanselir Olaf Scholz mengumumkan pada Kamis (29/9).
Baca Juga:
Sanksi Amerika dan Uni Eropa Bikin Rusia Gunakan Yuan untuk Transaksi Internasional
Dana Stabilisasi Ekonomi (Economic Stabilization Fund/WSF) negara itu dibentuk selama pandemi COVID-19 pada 2020, akan mengelola dan mendistribusikan bantuan negara.
Dengan peluncuran kembali dana tersebut, Jerman juga bereaksi terhadap situasi pasokan gas yang berubah dengan Rusia, setelah kebocoran pada pipa Nord Stream 1 dan 2 menyebabkan jeda aliran yang tidak terbatas.
"Kami sangat siap untuk situasi ini," kata Kanselir Olaf Scholz
Ia memperkirakan tidak akan ada pasokan gas dari Rusia di masa mendatang. Jerman telah secara aktif mencari mitra dagang baru dan memperluas pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina.
Dua dari tiga pembangkit listrik tenaga nuklir Jerman yang tersisa masih dapat dioperasikan pada kuartal pertama 2023, meskipun ada rencana penghentian nuklir pada akhir tahun ini.
Harga listrik dan gas harus dibatasi, untuk meringankan beban konsumen dan perekonomian. Sebelum krisis energi, pemerintah sudah memberikan paket bantuan inflasi senilai 95 miliar euro.
Scholz mengatakan bahwa pungutan gas yang banyak dikritik, yang akan memungkinkan perusahaan utilitas untuk membebankan biaya energi yang tinggi kepada konsumen, sekarang tidak akan diperkenalkan. Sebaliknya, perusahaan akan menerima dukungan secara langsung, untuk menghindari beban keuangan tambahan pada warga.
Tepat sebelum Scholz mengumumkan dana stabilisasi, lembaga ekonomi terkemuka Jerman memangkas perkiraan mereka untuk 2023. Mereka sekarang memperkirakan resesi 0,4 persen, bukannya pertumbuhan 3,1 persen yang diperkirakan sebelumnya.
"Revisi ini terutama mencerminkan tingkat krisis energi," kata Peneliti Institute for Economic Research, Halle Institute for Economic Research (IWH), Kiel Institute for the World Economy dan ifo Institute RWI Leibniz.
Menteri Keuangan Christian Lindner menyatakan keyakinannya bahwa langkah-langkah stabilisasi pemerintah akan membantu melindungi kemakmuran Jerman.
"Kami kuat secara ekonomi dan kami akan memobilisasi kekuatan ekonomi ini jika perlu," katanya. (*)
Baca Juga:
Kena Sanksi Uni Eropa, Rusia Tingkatkan Ekspor Minyak ke Asia
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Kapal Perang USS Cincinnati-20 dan Drone AS Merapat ke Batam
Angkatan Laut Thailand Luncurkan Operasi Skala Besar di Perbatasan Kamboja
Tidak Percaya Komitmen Putin, Uni Eropa Sepakat Perkuat Pertahanan di Ukraina
Mengejutkan! Tes Kebohongan Mudryk Lolos, Masa Depan di Chelsea Terbuka?
Rancangan Donald Trump Perjanjian Damai Konflik Ukraina: AS Akui Krimea dan Donbas Sah Milik Rusia
Thailand Bakal Bersihkan Ranjau Darat di Perbatasan Kamboja, Negara ASEAN Diminta Memantau
Donald Trump Jadi Penengah Ketegangan Kamboja dan Thailand
AS Kerahkan Kapal Induk ke Karibia, Venezuela Mobilisasi 200.000 Personel Militer
Ekor Patah Masih Nekat Terbang, Helikopter Pabrik Elektronik Penyuplai Militer Rusia Jatuh Tewaskan 5 Orang
Israel Terus Tolak Pengiriman Bantuan Kemanusian ke Gaza Saat Gencatan Senjata