Jenang Khas Kota Kudus, Wujud Syukur Masyarakat

P Suryo RP Suryo R - Sabtu, 20 Agustus 2022
Jenang Khas Kota Kudus, Wujud Syukur Masyarakat
Salah satu sudut Museum Jenang Mubarok. (Instagram@museum_jenang_mubarok)

BELUM afdol kalau pergi ke Kudus tidak mencoba jajanan khas kota Kretek, yaitu jenang Kudus. Makanan berwarna coklat, bertekstur kenyal, dan dijual dalam potongan-potongan kecil ini biasanya dibungkus dengan plastik, kemudian dimasukan ke dalam kemasan mika plastik atau dus.

Bagaimana ya jenang Kudus ini pertama kali ada? Asal usul adanya jenang kudus tak bisa jauh dari keberadaan Sunan Kudus. Beliau yang juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa dengan Syekh Jangkung yang merupakan murid sekaligus cucu Sunan Kalijaga. Semasa remaja, Syekh Jangkung pernah menimba ilmu dengan Sunan Kudus.

Baca Juga:

Horas! 5 Kuliner Khas Batak Wajib Kamu Cicipi

jenang
Generasi pertama pembuat Jenang Mubarok. (Instagram@museum_jenang_mubarok)

Ada kisah yang hidup dalam masyarakat berkaitan dengan jenang Kudus. Kisahnya tentang peristiwa yang menimpa Mbah Dempok Soponyono dan juga cucunya yang hanyut di Sungai Kaliputu. Cucu mbah Dempok sempat tidak sadarkan diri seperti orang yang mati suri pada saat ditolong. Banyak yang meyakini bahwa cucu Mbah Dempok terkena gangguan makhluk halus berambut api atau sering dikenal dengan Banaspati.

Kebanyakan orang menyangka bahwa cucu mbah Dempok sudah meninggal. Namun tidak dengan Syekh Jangkung yang beranggapan sebaliknya dan menyatakan bahwa cucu Mbak Dempok belum meninggal. Dalam upaya ,enyadarkan cucu Mbah Dempok, Syekh Jangkung meminta bantuan ibu-ibu di Desa Kaliputu untuk membuat jenang bubur gamping.

Kisah yang melambari jenang Kudus tak hanya satu versi saja. Banyak kisah lainnya yang hidup dalam memori masyarakat dengan berbagai bumbu yang membuat seru ketika diceritakan kembali.

Terlepas dari kisah-kisahnya, biasanya jenang Kudus juga digunakan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang diberikan kepada warga desa Kaliputu. Rasa syukur ini dilakukan setiap menyambut Tahun Baru Hijriah yang dikenal dengan acara Kirab Tebokan. Tebok biasanya sering dibentuk-bentuk, salah satunya seperti miniatur Menara Kudus dan juga Masjid Kudus.

Baca Juga:

Kuliner Banyuwangi Rugi Tak Dicicipi

jenang
Jenang Mubarok merupakan Jenang paling Top di Kudus. (Instagram@museum_Jenang_mubarok)

Melihat banyaknya Jenang yang ada di Kudus, salah satu yang terkenal adalah Jenang Mubarok. Awalnya hanya dari camilan keluarga saja, namun kini Jenang Mubarok menjadi salah satu produsen dodol Kudus yang legendaris berusia 110 tahun. Kini, jenang Mubarok sudah dijalani oleh generasi ketiga dengan tetap menggunakan resep awal dan bahan-bahan tradisional.

Dulu, Jenang Mubarok hanyalah UKM kecil saja dengan menggunakan tepung beras ketan, kelapa, dan nira tebu sebagai bahannya. Kini, Jenang Mubarok juga sudah diekspor ke berbagai negara. Selain mengolah jenang, ada juga museum jenang yang didirikan sejak 2017. Tujuannya yaitu untuk membuat jenang tetap terlestarikan. Tidak hanya jenang saja, budaya dan sejarah Kudus juga ikut terlestarikan.

Cara pembuatan jenang yaitu dimulai dengan memanaskan gula, santan kelapa, dan juga tepung beras ketan. Untuk memanaskan ketiga bahan tersebut, lebih menggunakan kayu bakar karena lebih mudah untuk dikontrol dan panasnya lebih merata. Setelah adonan dimasak selama lima jam, selanjutnya dimasukkan ke dalam ke sebuah ruangan khusus. Adonan didiamkan selama sehari penuh agar ketika dikemas, jenang tidak berembun dan tidak mudah basi. (yos)

Baca Juga:

Betawi Punya Kuliner Lezat dan Cocok di Lidah, Kudu Coba!

#Wisata #Lipsus Agustus Adat Indonesia #Kuliner #Tradisi
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan