GUSMIATI Suid (1942-2001) adalah nama besar dalam dunia tari Indonesia. Ia tak hanya berkontribusi penting bagi tari kontemporer Indonesia, tapi juga guru bagi banyak koreografer yang lebih muda. Salah satunya Hartati.
Hartati bergabung di kelompok tari pimpinan Gusmiati Suid, Gumarang Sakti, sejak tahun 1980-an lalu. Selama berguru kepada Gusmiati Suid, Hartati banyak memperoleh pelajaran tentang kerja-kerja kolaborasi antarseniman.
“Ibu Gusmiati Suid selalu melibatkan seniman berbagai disiplin dalam penciptaan karya-karyanya. Berbagai seniman tak henti-hentinya hilir-mudik di rumah beliau, apalagi ketika Ibu sedang mempersiapkan karya terbaru. Apa yang saya lakukan sekarang tak terlepas dari pengalaman berkarya bersama guru saya tersebut,” ujarnya.
Sebagai bentuk penghormatan atas gurunya tersebut, Hartati menampilkan karya terbarunya berjudul Jarum dalam Jerami. Karya ini terinsirasi dari karya Gusmiati Sud, Api dalam Sekam yang dipentaskan pada 1998.
Baca juga:
Temu Seni Tari Gelar Napak Tilas dan Sarasehan Situs Cagar Budaya
"Karya itu berangkat dari situasi politik yang semakin memanas di penghujung Orde Baru. Kini, hampir 30 tahun Reformasi, saya membuat Jarum dalam Jerami sebagai sebentuk dialog dengan karya Ibu Gusmiati Suid tersebut, sekaligus respons terhadap perubahan yang terjadi hari ini,” ujar Hartati dalam rilis yang diberikan kepada Merahputih.com.
Heru Joni Putra, salah satu anggota tim dalam penciptaan karya Hartati, mengatakan bahwa judul Jarum dalam Jerami” ini memang menggunakan formula judul yang sama dengan Api dalam Sekam.
Judul tak hanya sama-sama mengangkat peribahasa klasik, tetapi juga menjadi penanda zaman yang tepat untuk melihat dua kondisi sosial-politik yang berbeda, tetapi sebenarnya memiliki kaitan terselubung.
“Bila Api dalam Sekam bercerita tentang kalebut menuju hiruk-pikuk menyambut zaman kebebasan, maka Jarum dalam Jerami mengisahkan tentang terluputkannya hal-hal kecil, sepele, tapi penting dalam hiruk-pikuk di zaman kebebasan yang sudah berjalan hampir tiga dekade ini,” ujar Heru.
Jarum dalam Jerami telah ditampilkan dalam agenda Jakarta International Contemporary Dance Festival (JICON) yang diselenggarakan oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), bertempat di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 16 dan 17 Desember 2022 pukul 20.00 WIB.
Berangkat dari pengalaman berkolaborasi dengan Gusmiati Sud, Hartati menciptakan Jarum dalam Jerami dengan tetap mengedepankan kerja kolaborasi antarseniman lintas disiplin. Ia mengajak Adinda Luthvianti sebagai dramaturgi dan artistik; Jumaidil Firdaus, mahasiswa S2 ISI Padang Panjang, sebagai penata bunyi; dan Heru Joni Putra sebagai pengampu diskusi dan pencatat proses.
Baca juga:
IMAJITARI 2022 Hadirkan Film Tari dari Berbagai Penjuru Dunia di Kineforum
Mereka tak hanya berperan sebagai rekan diskusi, tetapi juga terlibat di dalam proses penciptaan karya Hartati sejak awal hingga dipentaskan. Juga ada Enrico Alamo (Dosen Teater ISI Padang panjang) sebagai penata cahaya dan M. Fahmi sebagai penata kostum.
Semua penari dalam karya ini didatangkan langsung dari Padang Panjang, Sumatera Barat. Menurut David, yang bertindak sebagai asisten koreografer, Hartati sengaja mencari penari baru khusus untuk karya ini. Umumnya mahasiswa seni tari ISI Padang Panjang, mulai dari semester 3 sampai tahun akhir kuliah.
“Semuanya latihan dari awal selama beberapa bulan di Padang Panjang. Hartati pun turut tinggal di Padang Panjang,” kata David.
Bersama para penari tersebut, pada mulanya Jarum dalam Jerami ditampilkan di tengah kampung di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, dalam acara Alek Mandeh, November lalu. David berharap bahwa penari muda mendapatkan banyak pengalaman dan semangat untuk menjadi koreografer di kemudian hari.
Bagi Hartati, keterlibatan penari yang berbeda dalam karya barunya ini tak terlepas dari ikhtiar untuk memperluas kesempatan bagi penari-penari di kampung halamannya. Keterlibatan langsung mereka dalam penciptaan karyanya akan membawa pengalaman yang berharga bagi mereka.
“Yang penting selalu ada ruang baru untuk belajar, belajar, belajar. Mana mungkin berkesenian tanpa belajar,” tegas Hartati.
Esha Tegar Putra, sastrawan sekaligus peneliti Gusmiati Suid, mengatakan bahwa pengetahuan koreografi Gusmiati Suid harus diteruskan dari generasi ke generasi. "Salah satunya dengan cara melihat kembali model penciptaan hingga khazahah gerak yang pernah dihadirkan Gusmiati Suid," kata Esha dalam "Diskusi Telisik Tari” yang digelar oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pukul 19.00 WIB di Taman Ismail Marzuki sebelum pementasan Jarum dalam Jerami.
Esha melanjutkan, karya yang dihadirkan Hartati kali ini adalah salah satu cara untuk menggali kembali kemungkinan-kemungkinan baru. Misalnya dengan membangun bentuk-bentuk hubungan baru antara karya hari ini dengan karya pada era sebelumnya. (dru)
Baca juga:
Pidato Kebudayaan DKJ 2022, Pentingnya 'Lumbung' Bagi Kesenian