MerahPutih.com - Ferdinand Romualdez Marcos Jr resmi dilantik sebagai Presiden Filipina pada Kamis (30/6) waktu setempat. Ia menggantikan Rodrigo Duterte.
Marcos Jr yang biasa dipanggil Bongbong menggandeng putri Dutarte, Sara Duterte untuk memenangkan Pemilu Filipina dengan mengungguli empat pasangan lainnya.
Baca Juga
Ekspor ke Sinegal Sukses, Gesits Jajaki Pasar Filipina dan Australia
Putra mantan diktator Ferdinand Marcos mengucap sumpah di hadapan ratusan orang yang memadati lokasi acara pelantikan di Istana Malacanang, Manila,
Seusai dilantik, ia menyuarakan slogan persatuan, Marcos Jr bersumpah untuk membawa Filipina lebih maju dengan berbagai kebijakan yang menguntungkan setiap orang.
Dia berterima kasih kepada masyarakat karena memberikan apa yang disebutnya sebagai "mandat pemilihan terbesar dalam sejarah demokrasi Filipina".
"Anda tidak akan dikecewakan, jadi jangan takut," kata Bongbong diberitakan Reuters dikutip ANTARA, Kamis (30/6).
Pria berusia 64 tahun itu memuji pemerintahan mendiang ayahnya, tetapi dia mengatakan bahwa jabatan presiden yang kini dipegangnya bukan tentang masa lalu, tetapi masa depan yang lebih baik.
"Suatu ketika saya mengenal seorang pria yang melihat betapa kecilnya kemajuan yang diraih sejak kemerdekaan… tetapi dia melakukan tugasnya, kadang dengan bantuan yang diperlukan, kadang juga tidak," kata dia.
Baca Juga
"Begitu pula putranya. Anda tidak akan mendapat dalih apa pun dari saya," katanya.
"Jangan melihat masa lalu dengan kemarahan atau nostalgia." ujarnya.
Dalam pidatonya yang berlangsung 30 menit, Marcos Jr berjanji akan melakukan reformasi pendidikan, meningkatkan kecukupan pangan, infrastruktur, pengelolaan limbah dan pasokan energi, serta memberikan dukungan penuh kepada jutaan pekerja Filipina di luar negeri.
"Saya sepenuhnya mengerti beban tanggung jawab yang Anda letakkan di pundak saya. Saya tak akan meremehkannya tetapi saya siap untuk mengembannya," kata dia.
"Saya akan menyelesaikannya." pungkasnya.
Sebagai informasi, saat berkuasa, Ferdinand Marcos memimpin dengan tangan besi. Ia memenjarakan lawan politiknya dan kemudian melakukan korupsi besar-besaran.
Marcos digulingkan dan keluarganya mengasingkan diri selama revolusi "people power" pada 1986. (*)
Baca Juga
Patahkan Dominasi Filipina Sejak 1977, Tim Basket Putra Indonesia Rebut Emas