PERNIKAHAN adat Batak kerap menjadi salah satu hajatan sering dibicarakan karena prosesnya terkenal cukup panjang. Memang bukan rahasia umum lagi kalau sejumlah hajatan pernikahan adat di Indonesia terkenal memiliki banyak ritual. Salah satunya, dan dikenal cukup panjang tahapannya, tak lain prosesi nikahan adat Batak.
Proses pernikahan memakan waktu panjang tersebut dilakukan sebagai ritual sakral dan penuh makna dengan harapan pernikahan dapat bertahan selamanya dan berjalan dengan penuh cinta. Menilik adat terdahulu terdapat sekitar 15 proses adat, namun kini prosesinya menjadi lebih singkat.
Baca juga:
Tak Sekadar Dihidangkan, Ikan Mas Arsik dalam Upacara Adat Batak Ada Maknanya
Meski pernikahan adat Batak kini masih tetap terasa panjang, namun prosesnya sudah jauh lebih sederhana karena hanya terdapat lima tahap inti, antara lain Marhori-hori Dinding, Marhusip, Martuppol, Martonggo Raja, dan Pesta Adat. Apa arti kelimanya, simak ulasan berikut.
1. Marhori-hori Dinding

Prosesi satu ini merupakan tahapan paling pertama dari pernikahan adat Batak. Di tahap tersebut kedua belah keluarga bertemu untuk menjajaki kemungkinan kesediaan keluarga pihak perempuan menerima anaknya menjadi menantu keluarga laki-laki.
Namun, belakangan acara Marhori-hori Dinding sudah sedikit melenceng dari esensi sebenarnya karena hajatan tersebut bukan lagi hanya ajang pengenalan namun juga membicarakan hal pokok, seperti berapa besarnya mas kawin atau sinamot untuk anak perempuan tersebut.
2. Marhusip

Prosesi kedua dalam bahasa Indonesia artinya berisik. Namun arti sebenarnya merupakan acara diskusi diadakan secara tertutup antara utusan keluarga calon pengantin laki-laki dengan wakil pihak orang tua calon pengantin perempuan untuk membicarakan mas kawin atau sinamot nan harus disiapkan pihak laki-laki.
Hasil perundingan dalam Marhusip tersebut belum perlu diketahui umum karena sifatnya untuk menjaga bila ada kemungkinan kegagalan dalam mencapai kata sepakat. Biasanya Marhusip dilakukan di rumah perempuan dengan perwakilan pihak laki-laki akan menerangkan tujuan awal kedatangan mereka.
Baca juga:
Jangan Salah Kaprah, Begini Aturan Ulos di Hajatan Nikahan Batak
3. Martumpol

Bagi orang Batak Toba proses satu ini biasa disebut sebagai acara pertunangan. Namun secara harfiah hajatan satu ini merupakan acara kedua calon pengantin menghadap pengurus jemaat gereja untuk diikat dalam janji agar dapat segera dilangsungkan pernikahan.
Upacara adat tersebut turut diikuti kedua orang tua calon pengantin beserta undangan di dalam gereja. Namun, proses adat tersebut biasanya hanya dilakukan bagi mempelai beragama Kristen Protestan, sementara masyarakat suku Batak beragama Katholik tidak terbiasa melaksanakan Martumpol.
4. Martonggo Raja atau Maria Raja

Satu lagi proses pra-pernikahan adat Batak harus dilakukan, disebut Martonggo Raja bagi calon pengantin laki-laki dan Maria Raja bagi calon pengantin perempuan.
Hajatan tersebut bersifat seremonial ditujukan untuk mempersiapkan kepentingan pesta, bersifat teknis dan non-teknis.
Dahulu kala pihak keluarga akan ditemani dengan kawan satu kampung, keluarga, dan masyarakat sekitar rumah untuk membantu mempersiapkan hajatan pernikahan dan menyiapkan fasilitas umum pada upacara adat. Namun, kini acara tersebut hanya dihadiri pihak keluarga saja.
5. Pesta Adat

Proses puncak dari hajatan pernikahan adat Batak ditandai dengan digelarnya Pesta Adat. Biasanya Pesta Adat diawali dengan pemberkatan di gereja bagi pengantin beragama Kristen Protestan dan Katholik. Seluruh keluarga akan hadir dalam Pesta Adat dan biasanya digelar secara meriah sehari penuh. (waf)
Baca juga:
‘Sinamot’ Tampilkan Filosofi Pernikahan Batak Dalam Perpaduan Teater Musikal