ALAT kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau sistem intrauterin (IUS), yang juga dikenal sebagai intrauterine device (IUD), adalah sepotong plastik kecil berbentuk T yang dimasukkan ke rahim untuk membantu mencegah kehamilan. Banyak orang bingung tentang cara kerja IUD. Hal itulah yang kemudian menyebabkan munculnya beberapa mitos.
IUD bekerja dengan menghentikan sperma membuahi sel telur dan mencegah sel telur yang telah dibuahi tertanam di dalam rahim. "Namun, terlepas dari kemanjuran IUD, masih banyak informasi yang salah yang beredar tentang bentuk pengendalian kelahiran ini," kata Dr Danielle Jones, seorang obgyn yang berbasis di Austin, Texas, AS, kepada SheKnows. “Banyak hal di bidang ginekologi dan kehamilan menjadi sasaran misinformasi, termasuk IUD,” kata Jones.
BACA JUGA:
“Beberapa dari mitos ini merupakan kebenaran yang tersisa dari versi IUD sebelumnya yang telah berkembang menjadi model yang kita gunakan saat ini. IUD merupakan bentuk kontrasepsi yang saya rekomendasikan kepada pasien saya yang mencari pilihan jangka panjang untuk pencegahan kehamilan,” imbuhnya.
Bergantung pada apa yang kamu cari dalam pengendalian kelahiran, IUD dapat menjadi pilihan. Namun, untuk mengetahuinya, kita perlu meluruskan beberapa mitos IUD terlebih dahulu.
Mitos #1: IUD Menyebabkan Infertilitas

Salah satu mitos umum yang didengar Jones seputar IUD ialah bahwa alat kontrasepsi ini menyebabkan infertilitas. Faktanya, IUD merupakan bentuk kontrasepsi yang tidak permanen dan perempuan dapat hamil segera setelah IUD dilepas.
Itulah mengapa perempuan yang melepas AKDR-nya harus mendiskusikan dengan dokter mereka tentang kontrasepsi alternatif jika mereka tidak ingin hamil karena metode baru mungkin perlu dimulai setidaknya 7 hari sebelum AKDR dilepas untuk mencegah kehamilan.
Mitos #2: IUD Bersifat Permanen

Mitos umum lainnya yang terkait dengan IUD ialah bahwa itu permanen, artinya jika kamu menggunakannya tidak dapat hamil. Namun, nyatanya IUD ialah bentuk pengendalian kelahiran tidak permanen yang disetujui untuk perempuan yang sudah memiliki anak dan perempuan yang belum melahirkan tapi masih mau memiliki anak.
IUD dapat bertahan selama bertahun-tahun (hingga 3 hingga 10 tahun tergantung pada jenisnya). Namun, jika kamu ingin melepasnya, dokter atau perawat dapat melakukannya. Ingatlah bahwa alat kontrasepsi itu harus dilepas setelah durasi penggunaan produk yang disetujui habis.
Mitos #3: IUD Dapat Menyakiti Pasangan

IUD ditempatkan di dalam rahim, bukan di vagina, jadi pasanganmu tidak dapat merasakannya. Demikian menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists. Dalam beberapa kasus, pasanganmu mungkin merasakan benangnya. Jika itu terjadi, atau jika kamu atau pasangan mengalami rasa sakit saat berhubungan seks, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan untuk memeriksa apakah IUD telah berpindah atau perlu diganti.
Selain itu, orang dengan IUD tidak boleh merasakan bagian plastik dari IUD. Meskipun normal untuk merasakan benang dengan jari (disarankan agar kamu mengecek posisi benang setiap bulan untuk memeriksa apakah AKDR berada pada posisi yang tepat), jika kamu merasakan lebih dari sekedar benang atau tidak dapat merasakan benang sama sekali, IUD mungkin telah pindah dan kamu harus konsultasi dengan dokter.
Dalam hal itu, IUD mungkin tidak berada pada posisi yang tepat dan mungkin tidak mencegah kehamilan, jadi sebaiknya gunakan kontrasepsi cadangan nonhormonal seperti kondom sampai dokter dapat memeriksa bahwa IUD masih berada di tempat yang tepat.
Mitos #4: IUD Tidak Efektif

“Banyak orang dapat menggunakan IUD dengan aman. Usia atau berapa banyak anak yang kamu miliki biasanya bukan merupakan faktor pembatas. IUD adalah salah satu metode pengendalian kelahiran yang paling efektif untuk mencegah kehamilan dan telah direkomendasikan sebagai pilihan bagi siapa saja dengan periode yang membutuhkan kontrasepsi yang efektif,” kata Jones.
Dikatakan demikian, tingkat kemanjuran IUD lebih dari 99 persen untuk mencegah kehamilan. Itu sebagian karena fakta bahwa alat kontrasepsi tersebut ditempatkan di rahim oleh penyedia layanan kesehatan, jadi tidak ada rutinitas harian, seperti mengingat untuk minum pil. Namun, ada kebutuhan untuk merasakan benang setiap bulan untuk memeriksa apakah AKDR masih pada posisinya.
"Orang-orang selalu bertanya kepada saya, 'Bentuk kontrasepsi apa yang terbaik?' atau 'Apa yang Anda rekomendasikan?' dan jawabannya sederhana: Ini sangat individual," dia menegaskan.
“Yang terbaik untukmu belum tentu yang terbaik untukku. Apa yang terbaik untuk pasien saya hari ini mungkin bukan yang terbaik untuk pasien baru besok. Yang paling penting saya Mengetahui bahwa ada banyak pilihan kontrasepsi dan salah satunya mungkin cocok, jadi jika kamu mempertimbangkan kembali metode yang digunakan saat ini, datang dan berbicaralah dengan kami! Tenaga kesehatan akan membantumu membuat keputusan yang tepat,” tutup Jones.(aru)