Jangan Mudah Melabeli Orang Kritis dengan Sebutan Radikal

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Minggu, 14 Februari 2021
Jangan Mudah Melabeli Orang Kritis dengan Sebutan Radikal
Din Syamsuddin. (Foto: Antara).

MerahPutih.com - Organisasi Islam mengungkapkan keprihatinan atas pengaduan pihak tertentu yang menyatakan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin adalah orang radikal.

Persatuan Islam mempertayakan dasar pelaporan jika orang moderat seperti Din, sudah diadukan dan dilaporkan sebagai orang radikal, lalu mau seperti apa mengukur orang moderat yang sebenarnya?

"Melaporkan ASN (aparatur sipil negara) ataupun warga negara lainya yang kritis dengan tuduhan radikal tentu sangat kontra produktif dengan pernyataan presiden sendiri yang menginginkan rakyatnya kritis," kata Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Ustaz Jeje Zaenudin dalam keterangannya, Sabtu (13/2).

Baca Juga:

Alasan Pemerintah Tak Perlu Reaktif Tanggapi 'Manuver' Din Syamsuddin Cs

Menurut Ustaz Jeje, hal itu juga bertentangan dengan alam demokrasi, dan bahayanya akan jadi modus kriminalisasi sekaligus cara memberangus lawan politik dan pihak-pihak yang dianggap bersebrangan kepentingan dengan penguasa.

Ketua MUI Bidang Seni dan Budaya ini mengungkapkan, jika karena bersikap kritis dan korektif atas kebijakan pemerintah yang menyimpang dari prinsip-prinsip keadilan bernegara dilaporkan sebagai radikal, maka sama saja dengan membunuh kewajiban amar maruf nahyi munkar yang dijamin pada negara demokrasi ini.

"Jangan sampai menjadi preseden buruk bagi orang-orang yang berjasa dan cinta pada negara jadi korban pelaporan atas tuduhan radikal, hanya karena kritis dan vokal terhadap kebijakan yang tidak pro rakyat," ujarnya.

Ustaz Jeje menambahkan, Din bukan hanya sebagai orang yang moderat yang diakui dan diapresiasi di dalam dan luar negeri, tetapi juga tokoh yang sering menginisiasi forum-forum internasional yang bertema gerakan wasathiyah Islam.

Salah satunya usaha Din menjadi inisiator penyelenggaraan "High Level Consultation of World Muslem Scholars on Wasatiyaat Islam". Forum yang digelar pada 1 Mei 2018 itu sukses melahirkan "Pesan Bogor" yang isi pokoknya adalah penegasan tentang kemoderatan Islam.

Mantan Ketum Muhammadiyah Din Syamsuddin. (Foto: Antara)
Mantan Ketum Muhammadiyah Din Syamsuddin. (Foto: Antara)

"Oleh karena itu, kami meminta pada pihak yang menuduh dan melaporkan Pak Din, agar mencabut lagi pengaduan itu sebelum menjadi api polemik dan konflik yang lebih luas di masyaraka," katanya.

Gerakan Anti Radikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) melaporkan Din Syamsuddin terkait dugaan radikalisme ke KASN. Din dilaporkan karena diduga melakukan pelanggaran terhadap kode etik ASN dengan tuduhan radikalisme. Din diketahui saat ini masih berstatus ASN sebagai dosen FISIP di UIN Jakarta.

Laporan itu tertuang dalam surat nomor 05/Lap/GAR-ITB/X/2020 tanggal 28 Oktober 2020 soal laporan pelanggaran disiplin PNS atas nama terlapor Prof. Dr.. H.M. Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D, dan surat nomor 10/Srt/GAR-ITB/I/2021 tanggal 28 Januari 2021, perihal hukuman disiplin PNS a/n Prof. Dr. H.M. Sirajuddin Syamsuddin, M.A. Ph.D. (Pon)

Baca Juga:

Din Syamsuddin: Hindari Bahaya Lebih Utama dari Sekadar mengejar Cita-Cita

#Breaking #Din Syamsuddin #Radikalisme #Kaum Radikal
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Bagikan