PANDEMI belum berakhir. Di tengah pemberlakuan sekolah Pembelajaran Tatap Muka (PTM) seratus persen di sejumlah daerah kemunculan varian Omicron menjadi momok baru. Tak sedikit sekolah terpaksa menunda PTM karena muncul kasus Omicron di sekolah. Dinas Pendidikan DKI Jakarta per Minggu (16/01) lalu mencatat ada 15 sekolah terpaksa tutup sementara lantaran ada penularan kasus COVID-19.
Di sisi lain, di tengah kemunculan kasus varian Omicron bahkan di sekolah, capaian vaksinasi khusus anak usia 6-11 tahun belum mencapai target minimum. Usaha pemerintah mendorong tercapaianya target vaksinasi anak begitu gencar dilakukan.
Baca Juga:
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menyatakan vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun penting dilakukan untuk mencegah anak terpapar COVID-19.

Selain mencegah dampak buruk dari COVID-19 pada anak, Maxi menuturkan vaksinasi untuk usia 6-11 tahun sangat penting untuk mendukung pembelajaran di sekolah.
Dengan divaksin, tingkat anak-anak terpapar COVID-19 terhadap teman-temannya di sekolah bisa diminimalisasi.
"Kalau dilakukan vaksin anak sekolah itu, dia pulang ke rumah aman, biar tidak menyebar, apalagi kalau ada punya kakek-nenek di rumah sudah usia lanjut belum divaksin," jelas Maxi.
Seperti dikutip dari laman Alodokter, menurut dr. Dinda Ariesta gejala dialami anak-anak bisa saja ringan, namun bisa berakibat fatal sehingga demi menurunkan risiko anak terinfeksi Virus COVID-19 serta memutus mata rantai penularan, pemberian vaksin COVID-19 pada anak perlu dilakukan.
Perihal risiko penularan COVID-19 pada anak memang lebih kecil dibanding orang dewasa. Namun, bukan berarti anak-anak bisa kebal terhadap paparan virus tersebut, karena tetap berisiko terinfeksi, hingga bisa mengalami komplikasi serius akibat COVID-19.
Baca Juga:
Peserta Festival Film Sundance Diwajibkan Vaksin Booster, Ini Alasannya
Dalam menyukseskan capaian target vaksinasi anak dibutuhkan peran orang tua. Tentu saja oran tua punya peran besar mengedukasi anak tentang pentingnya vaksinasi di tengah pandemi.

Beberapa kekeliruan kecil tapi fatal biasanya beberapa orang tua mengatakan ketika disuntik vaksin enggak akan sakit. Faktanya, ketika jarum menusuk badan tentu sakit. Jika anak merasa dibohongi tentu saja pada vaksinasi berikutnya sangat mungkin tak akan sudi.
Lebih baik berkata jujur disuntik jarum memang sakit, tapi manfaatnya besar demi meminimalisasi paparan COVID-19. Edukasi anak sebaik dan sebijak mungkin agar mereka memahami seluk-beluknya, meski tidak mudah dan butuh kesabaran.
Ajak anak berbicara pelan-pelan, dan beritahu informasi soal manfaat vaksin COVID-19 dengan pemilihan kata sederhana, mudah dimengerti, dan jangan berbelit.
Ketika anak hendak divaksin, orang tua bisa membungn mood anak sedari rumah agar paling tidak membuat anak berkurang rasa takut.
Ingat, beberapa video beredar di dunia maya bahkan sempat viral tentang orang dewasa merengek-rengek ketakutan ketika akan disuntik menandakan semua orang butuh edukasi apalagi anak. Lebih baik sedini mungkin mengedukasi tentang manfaat vaksin. (Ryn)
Baca Juga:
Dokter Reisa Angkat Bicara Seputar Mitos Vaksin dan COVID-19