MENIKAH menjadi idaman semua orang yang sudah memiliki pasangan. Apalagi bila sudah menjalin hubungan yang sudah lama.
Ada berbagai alasan yang membuat orang menikah, yang paling nyata adalah cinta yang dalam. Ada alasan yang sebenarnya tidak baik sebagai alasan menikah. Namun sah-sah saja alasan itu menjadi dasar pernikahan. Semua kembali pada pasangan yang akan menikah.
Baca Juga:

Merunut laman zergnet, alasan klise orang menikah adalah demi uang. Entah itu laki-laki atau perempuan jangan menjadikan kekayaan atau uang sebagai alasan untuk menikah. Awalnya mungkin menyenangkan, namun seiring dengan waktu orang akan memandang pasangan yang menikah berdasarkan uang, dianggap sebagai parasit. Celakanya pasangan yang menikah ini tak bisa menikmati kehidupan pernikahan yang sebenarnya.
Alasan berhubungan seksual jangan pernah menjadi alasan pernikahan. Memang tidak ada yang salah dengan aktivitas seksual, namun seiring dengan waktu pasti akan terjadi perubahan yang dapat menghambarkan hubungan pernikahan.
Menikah tentunya diikuti dengan pesta pernikahan yang baik, namun bukan untuk mengumbar kemewahan. Tidak dilarang untuk pasangan yang memiliki uang banyak membuat pernikahan besar dan menyenangkan. Mewah memang tergantung pada persepsi orang saja. Pesta mewah tentunya mahal, jangan sampai setelah menikah malah menjebak pasangan membayar hutang.
Ada alasan yang tidak baik sebagai dasar pernikahan, membalas dendam pada mantan. Ini bukan alasan yang baik. Lagipula sudah seharusnya tidak ada lagi bayangan mantan di kepala seseorang ketika memulai hubungan baru. Ketika membuat pernikahan maka bayangan mantan sudah ada lagi. Pertimbangkan perasaan pasangan bila mengetahui bahwa menikah hanya untuk membalas dendam pada mantan.
Tekanan keluarga menikah pada pertemuan-pertemuan tak jarang menjadi beban pikiran. Ini kemudian yang mengarahkan seseorang untuk cepat-cepat menikah. Kamu menikah bukan untuk menyenangkan keluarga namun kebahagiaan diri dan pasangan. Kalau waktunya belum memungkinkan atau memang belum memiliki pasangan yang tepat, jangan dijadikan itu sebagai tekanan. Santai saja.
Baca Juga:

Sama dengan tekanan keluarga, masyarakat atau komunitas mengharapkan kamu menikah. Teman, tetangga atau lingkungan terdekat selalu mengharapkan kamu menjadi bagian dari masyarakat yang memiliki pandangan tertentu. Jadi sebaiknya kamu menikah bukan berdasarkan tekanan.
Tekanan berikutnya adalah dari pasangan. Sebenarnya wajar saja terjadi pada hubungan yang sudah lama yang mengharapkan kejelasan hubungan dengan level yang lebih tinggi. Tapi tidak ada salahnya mengungkapkan harapan kamu pada pasangan, namun bukan memberikan tekanan.
Alasan lainnya yang kerap terjadi adalah teman-teman kamu sudah banyak yang menikah. Seolah menjadi alasan kuat buat kamu untuk menikah. Dorongan ini menjadi tekanan ketika semakin banyak teman yang menikah, sementara kamu masih jomlo atau terlalu lama berpacaran. Memang bukan hal yang buruk menjadikan alasan ini sebagai dorongan menikah.
Hanya menghabiskan waktu singkat yang penuh romantisme membuat kamu yakin untuk menaikan level hubungan ke pernikahan. Jangan pernah tertipu dengan romantisme sesaat sebab hubungan dapat berubah termasuk dalam pernikahan. Namun memang tak ada salahnya kalau itu merupakan cinta sejati dan melangsungkan pernikahan.
Nah ini yang kerap orang lakukan untuk menutupi alasan dari pernikahan. Perempuannya sudah mengandung anak. Dengan alasan laki-lakinya bertanggungjawab dan menutup aib keluarga maka dilangsungkanlah pernikahan. Ada baiknya menunggu bayi lahir dan menerima konsekuensi dari hubungannya yang kebablasan. (psr)
Baca Juga: