Jangan Ambil Keputusan Disaat Lapar
INGAT iklan yang memperlihatkan seseorang yang berkarakter rese dan jahat mengganggu teman-temannya. Ketika diberi kudapan cokelat, langsung karakter dirinya sebenarnya keluar. Rasa lapar dapat membuat segalanya sulit dan itu termasuk dalam mengambil keputusan. Penelitian di Universitas Dundee meneliti adanya hubungan natara mengambil keputusan dengan rasa lapar..
Dalam penelitian itu para peneliti memberikan pertanyaan pada 50 partisipan dengan imbalan makanan atau uang. imbalannya mereka boleh makan atau mendapatkan uang bila jawabannya benar dan sebaliknya bila pertanyaannya salah.
Baca Juga:
Hasilnya partisipan itu menunjukan ekspresi berbeda ketika perut dalam keadaan lapar. Mereka cenderung memberikan preferensi yang baik dan kuat meskipun imbalannya sangat kecil. Mereka tidak mempedulikan imbalan yang lebih besar dalam bentuk makanan atau uang yang akan datang lebih lambat.
Para peneliti juga menemukan kalau orang ditawari imbalan sekarang atau digandakan pada masa depan, biasanya mereka tidak keberatan menunggu lebih dari sebulan. Semuanya demi mendapatkan imbalan ganda. Namun kalau perut sedang lapar, mereka hanya mampu menunggu selama tiga hari.
Ini menunjukan bila rasa lapar dapat membuat dampak besar pada preferensi mereka. Mereka lebih memikirkan rasa lapar yang harus disingkirkan terlebih dahulu. Ini menunjukan bahwa mengambil keputusan disaat lapar tidaklah bijaksana.
Baca Juga:
Kamu Sering 'Ngegas' Saat Lapar? Ini Dia Penjelasan Ilmiahnya
Kepala peneliti Dr Benjamin Vincent mengatakan bahwa orang-orang umumnya seperti nenek moyangnya. Yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah memenuhi rasa lapar itu ketimbang hal-hal lainnya. Cilakanya mereka mengambil apapun keputusannya demi dapat memenuhi kebutuhan itu.
Jadi dia menyarankan bila hendak mengambil keputusan penting, seperti masalah keuangan atau hal-hal yang berhubungan dengan itu, sebaiknya perut diisi terlebih dahulu. Jadi melihat permasalahan lebih jelas dan terang. Bila tidak keputusan yang diambil dapat berakibat buruk di masa depan. Lagi-lagi memang berhubungan dengan sisi psikologis dan perilaku dalam bidang ekonomi yang berhubungan erat pada diri seseorang. (psr)
Baca Juga:Tertarik dengan Pria Buruk Rupa, Kok Bisa? Pasti Ada yang Salah!