Film

James Bond Lawan Trauma di ‘No Time To Die’

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Sabtu, 02 Oktober 2021
James Bond Lawan Trauma di ‘No Time To Die’
James Bond terakhir untuk Daniel Craig. (Foto: Variety)

SETELAH 18 bulan dinanti, No Time to Die akhirnya rilis di beberapa bioskop. Film ke-25 James Bond ini mengungkap sisi sentimental karakter Bond yang diperankan Daniel Craig sambil tetap mengusung aksi petualangan yang selama ini telah menjadi ciri khas dari agen rahasia Inggris itu.

No Time to Die sudah tayang perdana di London pada Selasa (28/9), sedangkan di A, film ini dijadwalkan tayang Jumat pekan depan (8/10). Penonton di Indonesia juga sudah bisa menikmati film Bond ini mulai Kamis (30/9) di sejumlah bioskop.


“Kalian harus memiliki beberapa elemen kebenaran dan memerlukan perjalanan emosional yang memuaskan untuk penonton memusatkan perhatian dalam karakter,” kata Craig dikutip ANTARA.

Baca juga:

Kembali Beraksi, Simak 5 Fakta Menarik 'James Bond: No Time to Die'

James Bond Lawan Trauma di ‘No Time To Die’
Daniel Craig dan Lea Seydoux. (Foto: Pinkvilla)

Tema yang mengeksplorasi kerahasiaan, pengkhianatan, dan kepercayaan telah menyatukan empat film terakhir, yakni Casino Royale (2006), Quantum of Solace (2008), Skyfall (2012), dan Spectre (2015).

Jika film Bond dulu dimainkan sebagai petualangan terpisah meski tetap dihubungkan karakter ikonik Bond, EON Productions ingin Bond versi Craig dapat melekat sebagai satu kesatuan. Sehingga pengembangan karakter pada film terakhir Craig ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim produksi.

“Di No Time to Die, ada kisah cinta, tetapi sangat, sangat rumit, dan mudah-mudahan menarik untuk ditonton,” kata Craig.

Di film-film sebelumnya, Bond kerap kali merasakan patah hati. Contohnya yang dialami Bond dengan menghilangnya Vesper Lynd (Eva Green) di Casino Royale, hubungannya naik-turun dengan M dan MI6 (DInas Intelijen Rahasia), dan rasa sakit karena fakta yang diutarakan Blofeld (Christoph Waltz). Di waralaba ini, Bond dihadapkan dengan risiko lain pada saat mencoba untuk mencintai Madeleine (Lea Seydoux).

Baca juga:

Rp1 Miliar untuk Adegan Motor di 'No Time to Die'


“Kepercayaan adalah tema terbesar dalam film ini. Membuat komitmen emosional dengan seseorang sangat sulit karena sejarahnya dengan keterikatan, dan kemudian pengkhianatan menjadi bagian besar dari hancurnya keterikatan itu,” kata produser Barbara Broccoli.

Menurut Craig, Bond punya satu cinta besar dalam hidupnya dengan Vesper namun justru berakhir dengan tragis dan cenderung membautnya tidak percaya siapa pun.

“Dia sangat Lelah sekarang karena kebanyakan orang yang memiliki hubungan dengannya mati. Jadi dia cenderung menyendiri, tapi saya pikir ada peluang nyata baginya untuk menemukan sesuatu di film ini,” kata Craig.

Sutradara Cary Joji Fukunaga mengatakan No Time to Die hadir lima tahun setelah Spectre, sementara dunia di sekitar Bond telah banyak berubah sejak saat itu. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi tim produksi untuk mengembangkan cerita.

“Ada kerumitan, kekacauan juga kerentanan yang ditutup-tutupi sejak film pertamnaya ketika Vesper Lynd meninggal. Pengambilan keputusan Bond cukup menarik karena kecerdikan sekaligus kekurangannya. Saya pikir Bond adalah cerita yang sangat menarik,” tutupnya. (and)

Baca juga:

Baper, Ben Affleck Dilarang Hadiri Premiere 'No Time To Die'

#Film #Selebritas #James Bond #Daniel Craig
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.
Bagikan