SEBUAH lelang di Hong Kong mencatat rekor. Arloji milik Kaisar Aisin-Gioro Puyi, kaisar terakhir Tiongkok, laku terjual Rp 92 M. Inilah jam tangan termahal peninggalan pemimpin suatu bangsa yang pernah dilelang.
Jam tangan keluaran jenama Patek Philippe yang langka itu dijual melalui telepon pada hari Selasa (23/5) kepada seorang kolektor Asia di Hong Kong setelah enam menit penawaran. Demikian menurut Phillips, rumah lelang yang berbasis di London yang mengelola penjualan tersebut
Thomas Perazzi, kepala jam tangan Phillips untuk Asia, mengatakan bahwa itu adalah rekor penjualan jam tangan termahal yang sebelumnya dimiliki oleh seorang kaisar. Juga rekor untuk Referensi Patek Philippe 96 Quantieme Lune, yang diproduksi delapan buah.
“Saya sangat senang karena setelah lebih dari 3 tahun bekerja keras untuk meneliti, kami menemukan semua bagian yang hilang dari teka-teki yang indah ini,” kata Perazzi setelah penjualan, seperti dilaporkan NBC News.
Baca juga:
“Hasil ini membawa Hong Kong ke tingkat yang baru sebagai pusat jam tangan terbaik dan jam tangan yang sangat penting yang dapat dikoleksi,” sambungnya.
Rumah lelang itu mengatakan, tim peneliti global telah menghabiskan waktu tiga tahun untuk memverifikasi asal jam tangan berusia 86 tahun itu. Jam itu diberikan Puyi kepada penerjemah Rusia, Georgy Permyakov, ketika dia dipenjara di Uni Soviet setelah Perang Dunia II. Namun, tidak diketahui bagaimana arloji itu menjadi milik Puyi.
Jam tangan Patek Philippe telah lama menjadi favorit para kolektor. Pada 2019, sebuah Grandmaster Chime yang unik dari pabrikan Swiss menjadi jam tangan termahal di dunia dalam lelang dengan harga jual sebesar USD 31,2 juta (setara 466 miliar rupiah).
John Ng, seorang pembuat jam independen terkenal di Hong Kong yang tidak berhasil menawar jam tangan kaisar, mengatakan bahwa penjualannya dapat mengarah pada tren baru.
“Mengingat popularitas jam tangan besar dan sederhana, jam tangan kecil dan rumit saat ini akan mendapat lebih banyak perhatian setelah penjualan ini,” katanya.
Baca juga:
Puyi baru berusia dua tahun ketika menjadi kaisar pada 1908. Ia meninggalkan keluarganya untuk pindah ke Forbidden City (Kota Terlarang) di Beijing. Dia dipaksa turun tahta pada 1912 setelah penggulingan Dinasti Qing. Meskipun begitu, dia terus tinggal di kompleks istana selama bertahun-tahun lamanya.
Pada dekade 1930-an, Puyi ditunjuk sebagai pemimpin boneka Manchuria, wilayah timur laut yang diduduki Jepang sebagai bagian dari invasi negeri tersebut ke Tiongkok. Dia mencoba melarikan diri setelah kekalahan Tokyo pada 1945 tetapi ditangkap oleh pasukan Soviet dan dipenjarakan di Siberia, tempat dia membawa arloji itu.
Pada 1950, Uni Soviet mengembalikan Puyi ke Tiongkok. Ia dipenjara selama hampir 10 tahun dan kemudian hidup sebagai warga negara Tiongkok sampai kematiannya pada 1967 dalam usia 61 tahun.
Lelang di Hong Kong itu juga melepas buku catatan manuskrip milik Puyi, edisi bersampul kulit dari Analects karya Konfusius, dan kipas kertas merah yang ditulis Puyi dan diberikan kepada Permyakov di Tokyo. (dsh)
Baca juga:
Spesifikasi Jam Tangan Casio yang Dipakai Pique untuk Sindir Shakira
