Kesehatan

Jaga Kesehatan Mental selama Pandemi, Physical Distancing Bisa Picu Depresi dan Keinginan Bunuh Diri

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Selasa, 19 Mei 2020
Jaga Kesehatan Mental selama Pandemi, Physical Distancing Bisa Picu Depresi dan Keinginan Bunuh Diri
Waspada gangguan kesehatan mental selama physical distancing (Foto: Pixabay/Free-Photos)

COVID-19 tidak hanya mengancam fisik tetapi juga kesehatan mental seseorang. Berbagai hal buruk yang mungkin terjadi di masa pandemi ini, nyatanya menuntun seseorang jatuh ke lembah depresi.

Clinical Psychilogist & Co-Founder KALM, Karina Negara, B.A,. M.Psi., Psi. menuturkan, mereka yang tak pernah mengalami episode depresi sebelumnya juga berpeluang besar mengalaminya.

Pentingnya Kesehatan Mental Pandemi, Physical Distancing Picu Depresi dan Keinginan Bunuh Diri
Karina Negara, psikolog klinis dan Co-Founder KALM (Foto: Instagram/@knegara)

"Saat ini ada banyak orang yang depresi klinis karena ada tekanan yang luar biasa keras dalam hidup kita semua. Ini bukan hal sederhana. Bagi sebagian besar orang karantina mandiri ini adalah hal berat," ujar Karina.

Baca juga:

Psikolog: Rahasia Anti Galau saat Tidak Bisa Mudik

Ada faktor yang mendorong orang mengalami depresi di masa pandemi, misalnya mereka yang kehilangan orang-orang terkasih karena virus Corona, mereka yang terpapar, diberhentikan dari pekerjaan, hingga yang harus terkurung di rumah berbulan-bulan.

"Beban yang bisa dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan pada setiap orang beda-beda. Tidak bisa disamakan, semuanya berpotensi mengalami depresi," ucapnya.

Tahap awal yang dialami seseorang sebelum mengalami depresi yakni putus asa. Hal ini dapat dideteksi dari komentar orang-orang terhadap wabah ini.

Pentingnya Kesehatan Mental Pandemi, Physical Distancing Picu Depresi dan Keinginan Bunuh Diri
Depresi terlalu lama di rumah (Foto: Pixabay/RyanMcGuire)

Misalnya, rasa pesimis fase ini segera berakhir. Di tahap yang ekstrem, seseorang bisa putus asa terhadap dirinya sendiri. "Hopelessness dikatakan sudah dalam tahap depresi klinis, apabila mereka sudah percaya terhadap dirinya sendiri atau terkait dengan masa depan," terang Karina.

"Rasa putus belum sampai suicidal thought, tetapi sudah jadi cikal bakal untuk ke arah sana. Banyak yang miss di fase tersebut. Jika tidak segera ditangani berpeluang menyebabkan bunuh diri," jelas Karina.

"Cek dirimu. Ini bukan self-diagnose ya, tetapi untuk cek apakah mulai muncul pikiran-pikiran seperti ini. Jika ia, mohon segera cari bantuan sebelum semuanya menjadi bertambah buruk," sarannya.

Bantuan yang dapat dicari bisa dalam berbagai bentuk. Misalnya bantuan dari tenaga profesional atau rekan terdekat. "Usahakan juga untuk tidak sampai merasa kesepian demi menghindari pikiran aneh," lanjutnya.

Kesepian berbeda dengan sendiri. Sendiri artinya adalah jumlah orang yang hanya satu. Sementara kesepian adalah tidak adanya koneksi yang berarti dengan orang-orang di sekitar.

Baca juga:

Pandemi Virus Corona Munculkan Kehidupan New Normal, Apa Itu?

"WHO mengubah istilah social distancing menjadi physical distancing bukan tanpa sebab. Mereka tahu membuat jarak secara sosial berpeluang besar memunculkan resiko mental illness," tegas Karina."Bangun komunikasi dengan keluarga di rumah atau dengan teman-teman melalui sosial media," imbuhnya.

Selain itu, Karina menyebut empat hal paling penting yang wajib dilalukan demi memiliki mental yang sehat selama menghadapi the new normal. "Istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, olahraga, dan selalu menjaga kebersihan adalah kunci hidup sehat," tukasnya. (avia)

#Kesehatan Mental #Psikolog #Gangguan Psikologis
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan