tematik

Mendamaikan Diri Saat Jadi Korban Momshaming Akibat Operasi Caesar

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Senin, 07 Maret 2022
Mendamaikan Diri Saat Jadi Korban Momshaming Akibat Operasi Caesar
Melahirkan caesar tidak selalu buruk kok, mom! (FOTO: MP/IFTINAVIA PRADINANTIA)

TAK semua persalinan bisa berlangsung secara normal. Melahirkan normal perlu kondisi ideal. Jika tidak, maka solusinya dilakukan operasi caesar. Namun, keputusan melahirkan caesar terkadang beroleh cibiran, salah satunya dianggap ingin absen dari rasa sakit saat persalinan. Padahal, secara medis keadaannya mengharuskan harus operasi caesar.

Baca Juga:

Ini Dampak yang Bisa Terjadi Jika Ibu Hamil Mudik Naik Sepeda Motor

Jangankan keputusan caesar, bentuk tubuh ibu pascamelahirkan, proses menyusui, hingga bekas luka sayatan di perut setelah caesar pun acap jadi bahan cibiran. Padahal, luka itu merupakan sejarah perjalanan hidup. Tindakan merendahkan, mencela atau menghakimi seorang ibu atas keputusannya melahirkan secara caesar, lalu mencibir bentuk tubuh pascamelahirkan, atau bekas luka sayatan di perut merupakan bagian dari momshaming.

Momshaming, menurut Urban Dictionary, merupakan tindakan mengkritik atau mempermalukan seorang ibu atas pilihan cara asuhnya karena pilihannya berbeda dengan pilihan pelaku. Parahnya lagi, momshaming acap terjadi justru ketika sedang berbincang dari hati ke hati.

caesar
Luka caesar menjadi bukti awal perjalanan hidup jabang bayi (Foto: MP/IFTINAVIA PRADINANTIA)

"Banyak banget ibu pernah mengalami momshaming. Obrolan heartless tapi ternyata buat sakit hati. Mungkin memang orang memberi pertanyaan tujuannya baik dan tidak bermaksud menyakiti. Tapi cara penyampaian tidak sesuai dengan penerimaan," ujar psikolog, Grace Eugenia Sameve, M.A, M.Psi kepada Merahputih.com.

Komentar seputar motherhood sejatinya bisa dipandang dari dua perspektif berbeda. Bisa dianggap sebagai saran membangun namun bisa juga jadi komentar menjatuhkan. Di satu sisi, kita jadi sadar akan informasi seputar dunia melahirkan. Lebih bagus jika langsung mencari informasi seputar mitos yang berlaku.

Baca Juga:

Kenali Sejumlah Persiapan Penting Sebelum Punya Anak

Namun di sisi lain, hal itu justru meninggalkan perasaan tidak nyaman. Komentar tersebut membuat cemas dan ragu akan kemampuan diri sendiri untuk mengurus buah hati. Selain itu, dengan banyaknya informasi di internet, kebanjiran informasi justru membuat ibu kewalahan memvalidasi. "Banyak artikel di luar sana menyebutkan lahiran pervaginam (normal) itu terbaik. Padahal perjuangannya sama saja," ujar Grace.

Momshaming bisa mengacaukan semua. Akhirnya berdampak pada kemampuan ibu mengambil keputusan. Menimbulkan keraguan sehingga kualitas hidup menurun dan tidak optimal. Dampaknya ke keluarga dan si kecil. Bahkan bisa jadi fase menguras emosi. Apalagi saat masih harus menyesuaikan dengan rutinitas baru polanya masih berantakan, perubahan hormon, dan perubahan bentuk tubuh.

operasi
Keputusan operasi caesar kerap jadi target momshaming (Sumber: Pexels/Vidal Balielo)

Jika terus dipendam, ada bahaya mengintai. Mulai dari terhambatnya proses menyusui, anak tidak nyaman saat digendong ibu, bahkan lebih membahayakan timbulnya baby blues atau post partum depression. Ketika sudah masuk di fase post partum depression, berpotensi memunculkan pikiran untuk bunuh diri atau mencederai anak.

Lalu bagaimana cara melalui itu semua supaya tidak berakhir baby blues? Salah satunya bisa berdamai dengan diri sendiri supaya bisa melakukan pengasuhan dengan lebih baik. Hal pertama tentu saja dengan coba menghadapi secara positif. "Kalimat atau pertanyaan menyakitkan lebih banyak datang dari lingkungan terdekat. Kadang anggota keluarga enggak sadar bahwa itu menyakitkan. Penting bagi diri untuk mengenali diri sendiri. Daripada menyalahkan diri kita lebih baik mengenali. Dengan mengenali kita bisa mengatasi," jelasnya.

Baca Juga:

Tips untuk Bantu Jaga Kesehatan Mental dari Rumah selama Pandemi

Dengan mengenali diri sendiri, kemampuan untuk mengelola emosi jadi lebih baik. Ketika ucapan menyakitkan itu terlontar, langsung bisa memproteksi diri dengan kepala dingin.

"Yang terpenting bukan hanya isi pembicaraannya tapi cara penyampaiannya. Karena kita di sini membela diri bukan untuk ngajak perang tapi supaya bisa lebih fokus pada pemulihan diri sendiri," papar Grace.

detak jantung
Detak jantung ibu adalah hal pertama yang dikenali bayi (Sumber: Pexels/Jonathan Borba)

Hal kedua bisa dilakukan dengan mencari informasi dari sumber terpercaya. "Ketika ada komentar membingungkan seputar proses kelahiran atau mengasuh anak, ada baiknya kita kroscek ke tenaga ahli terpercaya. Misal kesehatan anak bisa tanya ke dokter spesialis anak (DSA). Kalau tentang kehamilan atau melahirkan bisa kroscek kembali ke obgyn. Daripada tersesat di mitos-mitos atau momshaming mending kroscek," saran Grace.

Ketiga, tanamkan dalam hati kalau mereka para pengomentar sejatinya tidak ada niatan menyakiti. Selain itu, dalam prosesnya kamu tidak berjuang sendirian melawan momshaming. Punya anak merupakan kesepakatan bersama dengan suami. Jadi, penting untuk melibatkan suami. Suami bisa berperan apabila pelontar komentar adalah orang terdekat suami.

"Dengan kemampuan logika lebih baik, suami lebih bisa menyampaikan dengan diplomatis. Tujuan utamanya supaya kita bisa nyaman, beradaptasi dengan optimal mengasuh anak," terang Grace membeber kunci bagaimana mengkomunikasikan dengan orang terdekat. (Avia)

Baca Juga:

Mau Rambut Tebal, Lebat dan Hitam, Yuk Intip Tipsnya!

#Maret +62 Bicara Damai Ajalah #MomSweetMoms #Ibu Hamil #Ibu Dan Anak #Ibu Menyusui
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan