ISMAWANTY, 57 tahun, semula takut dengan anjing. Gonggongan, geraman, dan gigi anjig saat menyeringai membuatnya menjauh jika ada anjing di jalur perjalanannya.
Namun, peristiwa 12 tahun silam, mengubah sikapnya terhadap anjing.
Baca Juga:
Pemburu Anti Hoaks, Jagoan Negeri Aing di Tengah Kepalsuan Informasi
“Saya sebelumnya takut dengan anjing. Namun setelah menolong satu anjing di pinggir jalan hampir 12 tahun lalu, jadi sering sekali menemukan anjing di pinggir jalan membutuhkan bantuan dan saya terpanggil untuk menolong mereka.” kata Ismawanty kepada Merahputih.com.
Ia menampung anjing-anjing terlantar di jalanan, tertabrak, teraniaya, terabaikan, dan tak mendapatkan kehidupan layak. Mula-mula satu anjing dirawat di rumahnya.

“Saya tampung di rumah saya, di bilangan BSD, dari satu, dua, tiga, kan enggak sengaja tuh, akhirnya berkumpul lah menjadi 115 ada di rumah," kenangnya saat masa awal menampung anjing terlantar.
Ismawanty sempat dianggap pemulung anjing, karena semakin hari semakin banyak anjing ditampung di rumahnya. Tindakannya sering mendapat penolakan dari lingkungan sekitar. "Tenyata sangat ditentang tetangga sebelah kiri. Dan berusaha banget bisa mengusir 'anak-anak' (anjing) dari rumah saya sendiri”.
Baca Juga:
Pandemi Tak Surutkan Perjuangan YKAI Dampingi Anak Penyintas Kanker
Diusir, dihina, seolah jadi makanan sehari-hari. Tetangganya sempat melaporkan Ismawanty kepada RT, RW, sampai polisi. Penyalahgunaan rumah hunian menjadi tempat penampungan anjing jadi alasan lingkungan di sekitar menolak kegiatan Ismawanty. Ia pun mengaku harus secepat mungkin pindah, meski tak mudah beroleh hunian layak bagi para anjingnya.
Ia berkali-kali pindah lokasi karena tak mudah menampung anjing dengan jumlah tak sedikit apalagi di tengah permukiman. Ia selalu berdoa agar bisa keluar dari masa sulit tersebut. Doanya terkabul. Ada donatur memberi lahan baginya menampung anjing-anjingnya.

“Beliau baik banget karena memang dulu beliau itu bilang ini beli lahan ini untuk dijadikan shelter tapi karena kesibukan beliau. Dia tidak sempat. Akhirnya lahan ini diberikan kepada kita dengan surat perjanjian, ini menjadi hak milik kita selama dijadikan sebagai shelter,” kata Ismawanty.
Impiannya membangun shelter bagi anjing-anjing terlantar terkabul. Ia memberi nama shleternya, Melati.
Setelah selesai masalah lahan, keterbatasan dalam ekonomi merawat anjing-anjing terlantar menjadi kesulitan dan hambatan lain bagi Ismawanty. Waktu tiga tahun pertama menjadi tantangan lain baginya merogoh kocek dalam mengurus anjing-anjingnya.
Ternyata, mengandalkan kocek pribadi tak menjamin kelangsungan Shleter Melati. Ia lantas membuka donasi. Ismawanty terkejut terhadap antusian donatur. Banyak bantuan datang kepada Shelter Melati.

“Anak-anak sampai sekarang hidup dari donasi khalayak.” jelas Ismawanty.
Selama pandemi ini, Ismawanty mendapatkan bantuan dari berbagai orang baik untuk menghidupi anjing-anjingnya. Nestle memberikan 200 pack dog food, KIN DOG FOOD membagikan 85 kg raw food, seseorang berdonasi daging mariastrayhome 10kg, dan donasi lainnya.
Selain menolong, Ismawanty juga mengedukasi para pemilik anjing kurang bertanggung jawab. Namun, mengedukasi pemilik anjing tak semudah membalikkan tangan.
Ismawanty juga ikut berpartisipasi dalam webminar “Pandemic Pets Lifestyle With Experts” pada minggu, 29 Agustus 2021. Ia menjadi pembicara bersama Jody Setiawan dan Masterchef Andy Hartono. (Mic)
Baca juga:
Petugas Ambulans Jagoan Negeri Aing, Sudah Jatuh Tertimpa Pandemi Masih Dilempari Batu