Investasi Hulu Migas Masih Berkisar USD 10 Miliar, Target Produksi Mustahil Tercapai

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Selasa, 21 Desember 2021
Investasi Hulu Migas Masih Berkisar USD 10 Miliar, Target Produksi Mustahil Tercapai
Kilang Minyak. (Foto: Pertamina PHE)

MerahPutih.com - Industri hulu minyak dan gas bumi dalam negeri membutuhkan investasi besar untuk mencapai target peningkatan produksi pada 2030. Rata-rata kebutuhan investasi setiap tahunnya mencapai sekitar USD 18 miliar.

Tetapi saat ini, tingkat capaian investasi pada kisaran USD 10 miliar sampai USD 11 miliar membuat ada gap yang masih besar. Paling tidak, dibutuhkan investasi sekitar USD 187 miliar dari tahun 2021 sampai 2030.

Baca Juga:

DPR Tegaskan Tiongkok Tak Miliki Hak Larang Pengeboran Minyak di Natuna

"Target peningkatan produksi migas nasional di tahun 2030, mustahil dapat dicapai jika tidak ada peningkatan investasi," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dalam keterangan di Jakarta, Selasa (21/12).

Arifin menyampaikan, pemerintah akan terus memberikan dukungan untuk pengembangan industri hulu migas nasional melalui penyederhanaan proses perizinan, memberikan insentif fiskal maupun nonfiskal, hingga membebaskan investor untuk memilih jenis kontrak yang dianggap memberikan tingkat keekonomian yang lebih sesuai keinginan berupa PSC cost recovery atau PSC gross split.

"Pemerintah telah menghilangkan pula biaya signature bonus, sehingga investor bisa memasukkan biaya ini sebagai bagian dari biaya operasi agar kebutuhan investasi dapat diturunkan. Kebijakan lainnya seperti DMO price yang diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan investor menanamkan modalnya di industri hulu migas," kata Menteri Arifin.

Dengan dukungan-dukungan tersebut, Arifin berharap, SKK Migas dapat mengoptimalkannya dengan melakukan eksekusi di lapangan melalui best effort serta extra ordinary effort untuk mencapai target produksi pada 2030.

"Saya mengingatkan agar industri hulu migas terus melakukan upaya kegiatan untuk mengurangi emisi karbon. Langkah ini penting agar dukungan terhadap industri hulu migas dapat terus didapatkan dari berbagai stakeholders," pungkas Arifin.

Sementara itu, SKK Migas optimistis bisa mencapai target lifting 703 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan 5.800 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD) pada tahun depan.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, meskipun entry point tahun 2022 hanya berkisar 660 ribu BOPD, pihaknya tetap optimis dapat mencapai target asalkan para pekerja SKK Migas dapat melakukan langkah-langkah yang tidak biasa.

Kilang Minyak. (Foto: Pertamina PHE)
Kilang Minyak. (Foto: Pertamina PHE)

"Saya menekankan agar proses mana yang bisa dipercepat agar dipercepat. Kita tidak lagi bisa menjalankan business as usual,” ujarnya.

Hingga November 2021, kinerja lifting minyak mencapai 657 ribu BOPD atau 93,2 persen dari target sebesar 705 ribu BOPD. Sementara itu, lifting gas mencapai 5.492 MMSCFD atau 97,4 persen dari target 5.638 MMSCFD.

SKK Migas memproyeksikan outlook akhir tahun ini dapat mencapai 660 ribu BOPD atau 93,6 persen untuk minyak dan 5.505 MMSCFD atau sebesar 97,5 persen untuk gas.

Nilai penerimaan negara dalam 11 bulan terakhir dari bisnis hulu migas telah mencapai USD 12,55 miliar setara Rp 182 triliun atau 172 persen dari target USD 7,28 miliar, cost recovery tercatat sebesar USD 6,55 miliar, dan reserve replacement ratio mencapai 102,3 persen dari target. (Asp)

Baca Juga:

Pertamina Resmi Ambil Alih Blok Minyak Rokan Hulu Dari Chevron

#Investasi #Minyak #Harga Minyak Dunia #Kementerian ESDM
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan