Inspirasi Awal Pembuatan Pempek

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Rabu, 15 Maret 2023
Inspirasi Awal Pembuatan Pempek
Pempek dianggap dibuat kali pertama pada masa pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II. (Foto: Instagram/@bengkulubikinlaper)

MAKANAN tradisional olahan berbahan baku ikan ini digemari oleh banyak orang. Pempek begitu sohor. Makanan khas dari Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, terbuat dari campuran tepung sagu dan ikan.

Rasanya tidak lengkap jika kamu menyambangi kota Palembang dan tidak membawa makanan ini sebagai buah tangan. Pempek sebelumnya disebut Kelesan. Ini merujuk kepada alat yang digunakan untuk menghaluskan daging ikan. Bentuknya cembung mirip seperti kuping yang berhadapan.

Buku Sejarah dan Kebudayaan Palembang: Rumah Adat Limas Palembang menyebut asal muasal sebutan pempek. Tersebab para penjajanya dulu biasanya seorang 'apek', sebutan untuk laki-laki tua keturunan Tionghoa.

Para pembeli memanggil para pedagang kelesan dengan sebutan, "Pek, Mpek, mampir sini, saya mau beli." 'Empeg' atau 'Apek' berarti paman dalam bahasa Hokkian.

Baca juga:

Pempek Masuk Deretan Seafood Terbaik di Dunia

pempek
Sebutan pempek ini asalnya adalah Kelesan, merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan daging ikan. (Foto: Instagram/@manameishospie)

Suatu hari hiduplah seoarang apek pada masa pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam yang saat itu dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II.

Apek itu tinggal di pinggiran sungai Musi. Ia memiliki ide untuk memanfaatkan potensi ikan yang sangat melimpah dengan mengolahnya menjadi makanan, selain digulai dan digoreng.

Apek itu akhirnya mengolah ikan hasil tangkapannya dan mencampurnya dengan tepung. Sekira tahun 1916, makanan olahan apek itu mulai dijajakan. Apek berjalan kaki dari kampung ke kampung. Ia berjualan terutamadi kawasan Keraton (Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang).

Awalnya, apek menggunakan ikan belida untuk adonannya. Saat itu ikan belida berlimpah di Sungai Musi. Kini keberadaan ikan belida sumatera (Chitala Hypselonotus) sudah semakin sulit. Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 1 Tahun 2021 memutuskan melindungi ikan tersebut.

Kini bahan baku pembuatan pempek berubah. Sejak dekade 2000-an, para pengusaha pempek di Palembang dan sekitarnya sudah mulai menggunakan bahan baku ikan gabus, kakap, dan tenggiri.

Apa pun ikannya, pempek terbukti lezat. Pempek baru saja menyandang sebagai Makanan Seafood Terenak di dunia versi TasteAtlas. Pempek diakui memiliki kelezatan dari perpaduan rasa gurih, manis, dan asam dari kuah cuko dalam satu gigitan saja.

Baca juga:

Mengolah Belalang Kayu Jadi Nugget, Pempek, dan Mie Instan

pempek
Pempek memiliki filosofi yang jarang diketahui banyak orang, mulai dari tekstur, bentuk, hingga rasa pempek. (Foto: Instagram/@surabaya_foodies)

Di balik itu kelezatan rasanya, pempek memiliki filosofi mendalam. Laman Antara mencatat empat filosofi pempek. Pertama, tekstur kenyal mewakili fleksibilitas dan dinamika. Bahwa hidup harus luwes dan peka terhadap perubahan. Jaman yang terus berkembang menuntut tiap individu untuk terus beradaptasi dengan perubahan ke arah yang lebih positif.

Kedua, cita rasa pempek lambang keseimbangan hidup. Hidup yang seimbang akan memberikan banyak manfaat seperti menghindari stres, semakin produktif, dan berdamai dengan diri sendiri.

Ketiga, kuah cuko mengajarkan cara pandang lebih realistis. Layaknya perpaduan rasa pada kuah pempek yang manis dan asam, kita harus realistis. Hidup realistis bukan berarti kita tidak optimistis, melainkan dapat menjalani hidup dengan pantang menyerah.

Keempat, kualitas pempek yang menggambarkan kredibilitas. Bermakna, tiap individu sebaiknya mampu menjaga kualitas diri dan meningkatkan kemampuan agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya. (dgs)

Baca juga:

Menyelami Makna Hidup dalam Pempek

#Pempek Palembeng #Kuliner
Bagikan
Bagikan