Ini Objek-Objek Wisata yang Tutup Akibat Letusan Freatik Gunung Merapi
Merahputih.com - Balai Taman Nasional Gunung Merapi menutup destinasi wisata di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Merapi juga tertutup dari aktifitas pendakian. Penutupan dilakukan menyusul terjadinya erupsi sejak Senin 21 Mei 2018.
Kepala Balai TNGM, Ammy Nurwati menjelaskan pihaknya sudah mengeluarkan perintah penutupan ini. Seluruh kegiatan di tempat wisata yang berada kawasan rawan bencana (KRB) ditutup sejak Selasa 22 Mei 2018. Objek wisata yang ditutup seperti Tlogo Muncar dan Tlogo Nirmolo di kawasan Wisata Kaliurang, Panguk dan Plunyon di kawasan Kali Kuning Cangkringan, Deles Kemalang di Klaten, Jurangjero dan Srumbung di Magelang.
"Kami tutup sampai ada tinjauan kembali aktifitas Merapi. Kami masih menunggu informasi laporan aktifitas Merapi dari BPPTKG," kata Ammy di Yogyakarta, Kamis (24/5).
Sementara jalur pendakian dari Sapuangin dan Selo sudah ditutup sejak letusan freatik pertama pada 11 Mei lalu. Kamis 24 Mei 2018 dini hari tadi, Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Kembali meletus. Letusan terjadi sekitar pukul 02.56 Wib.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida menjelaskan letusan kali ini tidak lagi berbentuk freatik, namun sudah mengarah ke letusan magmatis. Saat erupsi, terdapat lontaran gas yang berpijar berwarna merah. "Pijar tersebut bukanlah magma yang keluar. Masih lontaran gas. Tapi Gas tersebut berasal dari dalam kawah yang bersuhu sangat panas," jelasnya.
Letusan terjadi dengan amplitudo 60 ml dan durasi 3,5 menit. Selain itu juga terjadi guguran 1 kali dengan amplitudo 2 ml durasi 9 detik sementara hembusan 1 kali dengan amplitudo 3 ml durasi 16 detik dan multiface 1 kali dengan amplitudo 2 ml dengan durasi 2 detik. Sementara tinggi kolom semburan erupsi sejauh 6.000 meter atau 6 kilometer.
Abu letusan ini terbawa angin mengarah ke barat dan menyebabkan kawasan Muntilan, Magelang, Borobudur dan sekitar tertutup debu vulkannik cukup tebal. Hanik mengimbau masyarakat tetap tenang dan memakai masker saat berpergian keluar rumah. Akibat lain dari letusan juga membuat Petugas Balai Konservasi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, membersihkan Candi Borobudur dari abu Gunung Merapi hasil letusan freatik.
"Tidak terlalu banyak, tipis saja (abu Merapi yang sampai Candi Borobudur, red.), akan dibersihkan secara manual dengan disapu dan menggunakan 'vacum' (vacum cleaner, red.), tidak terlalu banyak," kata Kepala Seksi Pelayanan Konservasi BKB, Iskandar.
Letusan freatik Gunung Merapi pada Kamis pukul sekitar 03.00 WIB dengan ketinggian kolom asap sekitar 6.000 meter ke arah barat dan durasi empat menit mengakibatkan hujan abu turun di Candi Borobudur pada sekitar pukul 04.00 hingga 04.30 WIB. Sejak terjadi letusan freatik Merapi, pihaknya mengumpulkan sampel abu dari gunung tersebut yang turun di Candi Borobudur untuk diteliti guna menganalisa dampaknya terhadap batuan Candi Borobudur.
"Dari kemarin kita teliti, kita kumpulkan, dianalisis untuk mengetahui kandungan abu, Ph-nya berapa, untuk mengetahui dampaknya ke candi," katanya.
Pihaknya juga telah menyiapkan antisipasi penanganan Candi Borobudur jika terjadi peningkatan lagi atas status aktivitas Gunung Merapi. Hingga pukul 07.45 WIB, sekitar 60 wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara berkunjung ke kawasan stupa puncak Candi Borobudur. "Kalau waktu 'sunrise' tadi memang dibatasi karena masih ada abu, tapi sekarang ini sudah normal," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan hujan abu akibat letusan freatik Merapi pada Kamis (23/5) dini hari, turun di sejumlah tempat, seperti Tegalrandu, Sumber, Dukun, Ngadipuro, Banyubiru, Muntilan, Kota Mungkid, Sawangan, Mungkid, Menayu, Kalibening, Borobudur, dan Salaman.
Petugas bersama relawan pada sekitar pukul 06.30 WIB membagikan 1.000 masker kepada masyarakat di sekitar Kecamatan Borobudur, seperti di Pasar Borobudur, dekat SD Bumiharjo Borobudur, SD Ringin Putih, SD Sawitan, dan MI Deyangan. Status aktivitas Gunung Merapi sejak Senin (21/5) malam naik dari normal menjadi awas setelah terjadi letusan freatik selama beberapa kali.
Hingga saat ini peningkatan pemantauan atas aktivitas gunung tersebut dilakukan petugas di berbagai pos pengamatan Gunung Merapi serta Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi di Yogyakarta.
Saat fase letusan hebat Gunung Merapi pada 2010, Candi Borobudur juga tertimpa abu vulkanik cukup tebal hasil hujan abu vulkanik dari gunung tersebut. Pihak BKB dengan melibatkan berbagai kalangan selama beberapa tahun melakukan pembersihan candi itu dari abu vulkanik fase letusan Merapi 2010. (*)
Berita ini ditulis berdasarkan laporan Teresa Ika, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dengan sekitarnya. Baca juga berita menarik lainnya dalam artikel: TNGM Minta Masyarakat Bijak Jika Bertemu 'Penghuni' Gunung Merapi