MerahPutih.com - Kimisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan, sebelum sekolah kembali dibuka, pemerintah harus memperhatikan kesiapan menjalani new normal pendidikan.
Menurut Retno, sebelum sekolah dibuka, seluruh guru yang akan mengajar harus menjalani test PCR untuk memastikan bahwa mereka sehat dan tidak tertular Covid-19.
Baca Juga:
Pemerintah juga harus melakukan tes PCR secara acak kepada peserta didik di semua jenjang pendidikan.
Ini penting untuk memastikan bahwa sekolah tidak akan menjadi klaster baru ketika pemerintah memutuskan membuka sekolah.
"Bahkan di Tiongkok, para guru yang akan mengajar tidak hanya dites PCR, tetapi juga menjalani karantina selama 14 hari,” kata Retno kepada wartawan di Jakarta, Kamis (11/6).
Selanjutnya, Retno menuturkan, protokol kesehatan Covid-19 untuk satuan pendidikan harus dibuat sesuai jenjang, mulai dari jenjang taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), hingga sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Situasi dan kondisi anak di masing-masing jenjang pendidikan berbeda-beda. Sebelum sekolah dibuka, komite sekolah harus mengecek dan memastikan kesiapan para guru dan sarana di sekolah.
Di antaranya disinfektan, wastafel dengan air mengalir dan sabun, pengaturan tugas guru yang mengatur peserta didik ketika datang atau pulang agar tidak saling bermain, serta guru dan murid yang demam, batuk pilek diare untuk berobat dulu dan istirahat 3-5 hari.
Perlu juga diatur jumlah siswa, jarak dan posisi meja kursi agar anak tidak saling mendekat di dalam kelas, serta pembatasan dengan tali antara kursi-kursi atau tempat duduk siswa agar anak-anak tidak berjalan-jalan dan saling mendekat di dalam kelas.

Selain itu, orang tua siswa dan para siswa sudah diberi sosialisasi protokol kesehatan COVID-19 di pendidikan oleh pihak sekolah atau komite sekolah.
"Ini bertujuan agar ada persepsi yang sama, terutama dalam menyiapkan budaya barau atau perilaku baru di sekolah dalam new normal. Jadi bagi sekolah yang belum siap, sebaiknya menunda buka sekolah,” ujar Retno.
Mantan Kepala Sekolah SMAN 3 Jakarta ini juga menuturkan, sekolah harus mengedukasi orang tua siswa agar melatih dan menyiapkan anak-anaknya dalam menjalan protokol kesehatan COVID-19 selama di sekolah.
“Kalau orang tua, belum siap, tunda sekolah untuk dibuka,” ujarnya.
Baca Juga:
Peran Media Saat Masa Transisi Menuju Aman COVID-19 dan Produktif
Selain itu, Retno menuturkan, pembukaan sekolah harus bertahap dimulai dari jenjang pendidikan yang tertinggi yaitu SMA/sederajat lebih dahulu dua pekan di suatu wilayah.
Apabila mereka mematuhi protokol kesehatan COVID-19, maka bisa lanjut ke SMP dan diikuti oleh SD kelas 4, 5, dan 6.
“Kalau mereka patuh baru lanjut membuka kelas 1, 2, dan 3 dan kalau mereka patuh lanjut buka PAUD KB dan TK,”ujarnya.
Ia menuturkan, untum kondisi saat ini, mesti ada perbaikan dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ).
“Tanpa perbaikan, PJJ tidak akan efektif dan akan sangat menjenuhkan peserta didik,” ujar Retno.
Menurut Retno, sekolah juga harus fleksibel dalam PJJ. Wanita yang juga seorang guru ini mencontohkan, pengumpulan tugas tidak dibatasi waktunya karena banyak siswa yang harus bergantian dalam mengakses peralatan daring.
Hal ini sekaligus jalan keluar mengatasi disparitas pembelajaran daring yang memang bias kelas.
"Anak-anak keluarga kaya dapat terlayani, sementara banyak anak-anak dari keluarga miskin tidak terlayani PJJ,” jelas Retno. (Knu)
Baca Juga:
Pelaku Pengambil Paksa Jenazah Corona di Makassar Dipastikan Reaktif COVID-19