Inflasi Kawasan Asia Bisa Tembus 3,7 Persen di 2022
MerahPutih.com - Pertumbuhan di negara berkembang Asia kemungkinan akan lebih lambat tahun ini daripada yang diperkirakan sebelumnya.Kondisi ini akibat perang di Ukraina yangakan menggagalkan pemulihan ekonomi di kawasan.
Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok dan India, diproyeksikan hanya tumbuh 5,2 persen tahun ini, turun sedikit dari perkiraan 5,3 persen pada Desember, dan jauh lebih rendah dari pertumbuhan 6,9 persen di tahun sebelumnya.
Baca Juga:
Indonesia Berutang ke ADB Buat Pulihkan Ekonomi USD 150 Juta
"Invasi Rusia ke Ukraina telah sangat mengganggu prospek untuk negara-negara berkembang Asia yang masih bersaing dengan COVID-19," kata ADB dalam laporan Asian Development Outlook.
Pemberi pinjaman multilateral yang berbasis di Manila itu mengatakan, faktor-faktor lain juga dapat mempersuram prospek pertumbuhan kawasan, termasuk kenaikan harga-harga komoditas yang sedang berlangsung, peningkatan risiko stabilitas keuangan yang mungkin berasal dari kenaikan suku bunga agresif di Amerika Serikat, dan munculnya varian COVID-19 yang lebih mematikan.
Untuk Indonesia, ADB memperkirakan akan tumbuh 5,0 persen tahun ini, sama dengan proyeksi Desember. Namun meningkat dari perkiraan September 4,8 persen dan meningkat dari ekspansi 3,7 persen pada 2021.
Dengan kenaikan harga-harga komoditas yang lebih tajam dari perkiraan, ADB menaikkan perkiraan inflasi untuk kawasan ini menjadi 3,7 persen pada tahun 2022 dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,7 persen, sebelum turun menjadi 3,1 persen pada tahun 2023.
ADB memaparkan, ekonomi Tiongkok mungkin akan tumbuh 5,0 persen tahun ini, lebih lambat dari proyeksi Desember, dan jauh lebih lemah dari ekspansi 8,1 persen pada 2021, karena wabah COVID-19 mengganggu kegiatan ekonomi dan menurunkan belanja konsumen.
Kecuali Asia Selatan, semua sub-kawasan diperkirakan mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan tahun ini.
"ADB sekarang memperkirakan Asia Timur dan Asia Tenggara masing-masing tumbuh 4,7 persen dan 4,9 persen, bukannya 5,0 persen dan 5,1 persen," tulis ADB dalam laporanya. (Asp)
Baca Juga:
Perkuat Listrik di Jawa, PLN Tambah Utang Rp 8,7 Triliun Pada ADB