Industri Kreatif Jadi Penyangga Ekonomi Indonesia

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Minggu, 28 Maret 2021
Industri Kreatif Jadi Penyangga Ekonomi Indonesia
Megawati Soekarnoputri. (Foto: PDIP)

MerahPutih.com- Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri memuji industri kreatif kini menjadi salah satu penyangga ekonomi nasional. Salah satunya industri fesyen yang kini terus berkembang.

Berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bahwa sub sektor fesyen berkontribusi besar dalam PDB ekonomi kreatif Indonesia yang mencapai 41,4 persen. Lebih tinggi dari kuliner dan kriya yang berkontribusi di bawah 20 persen.

"Bagi saya, sama membahagiakannya saat mengetahui Indonesia merupakan negara ketiga, setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan, yang kontribusi ekonomi kreatifnya besar bagi perekonomian nasional," jelas Megawati di Jakarta, Sabtu (27/3).

Baca Juga:

Lembu Clubeighties Buka-Bukaan Soal Pengalaman Berharga di Industri Kreatif

Ia lantas mengingatkan, jika bicara fesyen Indonesia maka tentu berkaitan dengan wastra atau kain tradisional yang berkaitan dengan sejarah. Menurutnya, wastra nusantara setiap helai benang dan bubuhan motifnya adalah karya yang memiliki ciri khas, simbol, warna, ukuran, hingga material yang digunakan dari hulu hingga ke hilir.

Ini, lanjut ia, dipengaruhi dipengaruhi kultur sosial masyarakat Indonesia, seperti sistem pengetahuan, budaya, lingkungan, kepercayaan, dan lambang strata sosial.

"Indonesia memiliki teknik wastra atau kain tradisional terlengkap di dunia, dan nenek moyang kita berhasil membuatnya menjadi identitas nusantara, seperti batik, songket, sulam, ikat, tapis, dan lainnya, banyak banyak lainnya," ungkap Megawati.

Ketua Umum PDI Perjuangan ini menyinggung salah satu fesyen yakni batik, yang perajinnya telah tumbuh subur di berbagai daerah. Menurutnya, dari tahun ke tahun batik selalu mengalami perkembangan.

Sekitar abad ke-17, motif batik didominasi bentuk hewan dan tanaman, yang kemudian berkembang pada motif menyerupai awan serta relief candi. Berkembangnya kesenian batik meluas di Indonesia setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Lalu pada akhir abad ke-19 muncul batik Saudagar di Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta.

Ciri batik saudagar mudah dikenali lewat ornamen klasik yang dimodifikasi sesuai selera. Beberapa masa setelahnya, muncul desain batik khas kota-kota pesisir utara Jawa, termasuk Pekalongan, dan Cirebon.

Desain tersebut menunjukkan pengaruh Tiongkok melalui penggunaan warna-warna cerah, bunga, dan motif awan dan sekitar tahun 1955, Presiden Sukarno mendorong terciptanya gaya baru batik, yaitu Batik Indonesia.

Produk UMKM
Produk UMKM. (Foto: Antara)

Bung Karno menginginkan batik yang menampilkan nilai seni budaya sebagai jati diri bangsa sekaligus menyuarakan pesan persatuan Indonesia. Pada waktu itu, Ibu Sud, Go Tik Swan, seorang penari yang kemudian menjadi pengusaha batik di Surakarta diminta Bung Karno untuk membuat Batik Indonesia.

"Akhirnya ditemukanlah bahwa batik Indonesia adalah perpaduan batik klasik dan batik pasisiran, perpaduan batik klasik berwarna cokelat hitam dan kebiruan, sedang batik pasisiran yang kaya warna," papar Megawati.

Batik Indonesia dikembangkan menggunakan warna-warna cerah. Kemudian beberapa desain baru muncul, seperti cendrawasih, sruni, sandang pangan, udang. Dan pada akhirnya, Batik menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia setelah ditetapkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Bahkan, Pemerintah Indonesia pun menjadikan 2 Oktober sebagai hari Batik Nasional yang selalu diperingati setiap tahunnya.

"Bung Karno menginginkan desain Batik Indonesia tersebut mencerminkan penggabungan rasa persatuan, nasionalisme dan romantisme, yang mampu mendukung proses nation building," tutur Megawati. (Knu)

Baca Juga:

Penyandang Disabilitas Memiliki Peluang Bekerja di Industri Kreatif

#Ekonomi Indonesia #Ekonomi Kreatif #Megawati Soekarnoputri #Tren Fesyen
Bagikan
Bagikan