Industri Kelapa Sawit Diuntungkan dengan Kenaikan Dolar AS


Presiden Jokowi didampingi Mentan saat meninjau kebun sawit rakyat di Musi Banyuasin, Sumsel, Jumat (13/10). (Biro Pers Setpres)
MerahPutih.Com - Anjloknya nilai tukar rupiah justru membawa berkah tersendiri bagi para petani kelapa sawit.
Para pelaku industri kelapa sawit di Riau justru diuntungkan dengan penguatan nilai mata uang dolar AS terhadap rupiah. Menurut pengakuan Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman selama ini industri kelapa sawit selalu berorientasi ekspor.
Karena itu, ia berharap agar keuntungan tersebut bisa juga dirasakan oleh masyarakat, khususnya yang berprofesi sebagai petani sawit.
Andi Rachman mengatakan industri kelapa sawit Riau akan sangat diuntungkan dari nilai tukar dolar AS yang meningkat.
Menurut dia, kenaikan nilai dolar terhadap rupiah akan menimbulkan efek plus dan minus terutama bagi masyarakat dan industri.

Industri dengan orientasi ekspor dan sedikit mengimpor bahan baku tentu akan meraup keuntungan dari nilai tukar dolar ke rupiah.
"Pengaruhnya ke industri kalau ada seperti itu di Riau yang akan diuntungkan dengan kondisi ini," kata pria yang akrab disapa Andi Rachman itu di Pekanbaru, Rabu (5/9).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Riau, dengan luas arena kebun sawit kini lebih dari dua juta hektare. Kelapa sawit selama ini juga jadi andalan karena berkontribusi besar dalam neraca perdagangan Riau dari sektor non migas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, pada bulan Juli 2018, neraca perdagangan Riau surplus sekitar 1,29 miliar dolar AS. Hal ini terjadi karena surplus pada sektor non migas sebesar 998,23 juta dolar AS, sedangkan sektor migas sebesar 290,45 juta dolar AS.
Dari sisi volume perdagangan, pada bulan tersebut neraca perdagangan Riau mengalami surplus sebesar 2.119.550 ton. Hal tersebut didorong oleh surplusnya neraca volume perdagangan sektor non migas sebesar 1.569.590 ton dan sektor migas sebesar 549,97 ribu ton.
Sebagaimana dilansir Antara, ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya, menurun pada Juli 2018. Komoditas yang masuk dalam golongan barang lemak dan minyak hewan/nabati turun sebesar 13,95 juta dolar AS dibandingkan Juni 2018.
Dari 10 golongan barang ekspor non migas terbesar bulan Juli 2018 dibanding bulan sebelumnya, kenaikan terbesar terjadi pada bubur kayu (pulp) sekitar 22,36 juta dolar AS, kertas dan karton 19,01 juta dolar AS, berbagai produk kimia 12,03 juta dolar AS, ampas dan sisa industri makanan 4,59 juta dolar AS, dan bahan kimia organik sebesar 2,79 juta dolar AS.
Sementara itu, harga tandan buah segar (TBS) sawit Riau periode 5-11 Sepetember 2018 untuk umur tanaman 10-20 tahun tercatat sebesar Rp1.611,71 per kilogram atau naik sebesar Rp23,60 dibandingkan pekan lalu. Harga ini berlaku untuk petani plasma yang menjual langsung ke pabrik kelapa sawit.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Tinggalkan Gedung Sate, M Iriawan Mengaku Perasaannya Bercampur Aduk
Bagikan
Berita Terkait
Biodiesel 50 Bakal Tekan Harga Sawit Petani, SPKS Desak Pemerintah Hati-Hati

Pemerintah Musnahkan Tanaman Sawit 700 Hektare di Dalam Kawasan TN Tesso Nilo

Harga Referensi Minyak Kelapa Sawit Menguat Jadi 877,89/MT Periode Juli, Naik 2,51 Persen

Pemerintah Butuh Tambahan Lahan Sawit Buat Implementasikan Biofuel 60, Bisa Capai 2,5 Juta Hektar

Impor BBM Hampir USD 40 Miliar Per Tahun, Prabowo Ingin Optimalkan Potensi Kelapa Sawit

DPR Puji Langkah Taktis BI Hingga Rupiah Kokoh di Level Rp16.700, Pasar Keuangan Aman Terkendali

Dolar AS Tersungkur, Rupiah Terbang Tinggi Berkat Keputusan Kontroversial Trump!

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Melemah Tembus Rp16.849

Rupiah Melemah pada Penutupan Perdagangan Selasa (25/3), Proteksionisme Global dan Sentimen Domestik Dianggap Jadi Biang Kerok

Jaga Hutan Ala Petani Sawit Demi Kurangi Dampak Perubahan Iklim
