PANDEMI agaknya membuat percepatan transformasi digital semakin meluas. Pada masa ini karena hampir semua interaksi melalui teknologi digital. Sepertinya sebuah perubahan tersebut sudah merasuk disetiap sendi masyarakat Indonesia.
Sayangnya menurut survei Microsoft dalam Digital Civility Index (DCD) tahun 2020 yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya, Indonesia masuk dalam urutan terbawah di tingkat Asia Tenggara. Tentunya hal ini bertolak belakang dengan kesan ramah tamah dan sopan santun yang selama ini dikenal di masyarakat Indonesia.
Baca Juga:

Maka dari itu mengutip dari Literasi Digital, perlu adanya revolusi untuk mencerdaskan anak milenial. Perlu juga percepatan program akselerasi litrasi dengan beberapa langkah.
1. Pemahaman paradigma literasi tidak hanya membaca dan bahan bacaan bukan hanya manual, melainkan digital. Literasi tidak sekadar membaca dan menulis, namun juga keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan berbentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
2. Pemenuhan akses internet di semua wilayah. Meski kita lebih aktif berada di dunia maya, namun masih banyak wilayah di Indonesia yang belum bisa mengakses Internet. Dengan menyediakan akses Internet, maka literasi digital akan semakin mudah. Suatu tempat yang tidak ada perpustakaannya juga bisa diganti e-library.
3. Implementasi konsep literasi di semua lembaga pendidikan. Kemendikbud (2017:2) merumuskan gerakan literasi secara komprehensif. Yaitu literasi dasar (basic literacy), literasi perpustakaan (library literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy) dan literasi visual (visual literacy).
4. Menumbuhkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan, kebenaran dan fakta. Hal itu tentu harus terwujud dalam kegiatan membaca yang diimbangi validasi, baik membaca digital maupun manual.
5. Masyarakat harus mengubah gaya hidupnya yang berawal dari budaya lisan, menjadi budaya baca. Rata-rata masyarakat tidak membaca karena faktor kesibukan mencari nafkah, tidak suka membaca, dan tidak adanya bahan bacaan.
Baca Juga:
Instagram Resmi Rilis Buku Panduan Baru Untuk Orang Tua Indonesia

Sayangnya sejauh ini yang mendapat akses pengetahuan literasi hanyalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, petugas perpustakaan dan lainnya. Maka gerakan literasi yang digagas Kemendikbud harus didukung. Mulai dari gerakan literasi dalam keluarga, sekolah dan Gerakan Literasi Nasional.
Untuk itu mengutip dari Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, bahwa program literasi digital bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat agar lebih siap dalam perubahan dan tantangan digital. Menkominfo juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi digital ekonomi yang diproyeksikan memiliki valuasi mencapai USD124 miliar atau sekitar Rp1,7 triliun pada 2025.
Selain itu Kementerian Kominfo menargetkan 50 juta masyarakat Indonesia memiliki literasi digital pada 2024. Tahun 2021, Kementerian Kominfo mengelar program literasi digital melalui 20.000 pelatihan di seluruh Indonesia. Targetnya, tahun kedepatnya program literasi digital dapat menjangkau 12,4 juta peserta pelatihan di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi setiap tahunnya.
Presiden Joko Widodo juga memberikan apresiasi kepada 110 lembaga dan berbagai komunitas yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional. Menurut Jokowi, tantangan di ruang digital kini semakin besar karena, konten-konten negatif terus bermunculan. Seperti kabar hoaks, penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, ujaran kebencian, hingga konten radikalisme. (jhn)
Baca Juga:
TNI Bagikan Buku dan Ajari Anak di Perbatasan Papua-PNG Baca Tulis