Indonesia Harapkan Bantuan Keuangan Lebih Banyak ke Negara Berkembang


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto . (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Indonesia mengharapkan lebih banyak dukungan internasional untuk membantu negara-negara berkembang guna membangun ketahanan keuangan, energi, dan pangan.
"Sebagai Ketua ASEAN tahun ini, dan ekonomi terbesar di kawasan ASEAN, dengan pertumbuhan yang termasuk tercepat di dunia, Indonesia mendorong bantuan internasional lebih lanjut, yang berfokus pada negara-negara berkembang yang rentan,” Kata Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Baca Juga:
AHY Kritik Ekonomi Indonesia Menurun dan Utang Melojak, Begini Respons PPP
Pernyataan itu diungkapkan Airlangga, dalam Pertemuan Tingkat Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan yang ketiga dari Champion Group of the GCRG (Global Crisis Response Group) on Food, Energy, and Finance secara virtual.
Mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi), Airlangga menjelaskan, berdasarkan laporan yang dibuat PBB, Least Developed Countries (LDCs) mengalami tingkat pinjaman delapan kali lebih tinggi dari pada negara maju.
Beban keuangan ini menghambat kemampuan LDCs untuk mendanai investasi vital, menghambat kesinambungan utang dan kemajuan menuju pembangunan berkelanjutan.
Airlangga menegaskan, kembali perlunya dedikasi setiap negara untuk menjunjung tinggi semua komitmen yang telah ditetapkan dalam Kerangka Kerja Bersama untuk Penanganan Hutang di luar DSSI (Debt Service Suspension Initiative).
Pertemuan tersebut dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan dihadiri oleh Champions GCRG dari beberapa negara, di antaranya Presiden Persatuan Komoro dan Ketua Uni Afrika (African Union), Presiden Senegal, Perdana Menteri Bangladesh, Perdana Menteri Barbados, dan Sekretaris Jenderal United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD).
Sedangkan untuk Perdana Menteri Denmark, Perdana Menteri India, Perdana Menteri Jepang, dan Kanselir Jerman diwakili masing-masing oleh Menteri yang ditugaskan.
Sekjen PBB Guterres menyampaikan, kondisi separuh dunia saat ini tenggelam dalam bencana pembangunan, yang dipicu oleh krisis utang.
"Sekitar 3,3 miliar orang atau hampir separuh manusia di dunia, tinggal di negara-negara yang mengeluarkan uang lebih banyak untuk pembayaran bunga utang daripada untuk pendidikan atau kesehatan," kata Guterres.
Selain berbagi pengalaman atas strategi untuk mengatasi kerentanan utang, masing masing Champions Group GCRG juga membentuk respons global yang terintegrasi dalam skala besar, dan memobilisasi tindakan terkoordinasi untuk menangani ketahanan pangan, transisi energi dan keuangan, dengan penekanan pada pengurangan utang. (Pon)
Baca Juga:
AHY Singgung Utang Indonesia yang Terus Meroket
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
DPR Desak OJK Hapus Pasal 'Debt Collector' di POJK 22/2023, Utang Wajib Perdata!

Inflasi September Capai 0,21 Persen, Tertinggi di Deli Serdang Sebesar 6,81 persen

Inflasi Diklaim Terkendali, Rupiah Menguat

Defisit Anggaran Bakal Capai Rp 698 Triliun di 2026, Menkeu Pede Tarik Utang Berkurang

Alasan Bitcoin Jadi Solusi Investasi Menarik di Tengah Ancaman Inflasi

Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Bank Indonesia Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Utang Luar Negeri yang Tumbuh Melambat

Angka Kemiskinan Jakarta Year On Year Turun, Gubernur Klaim Berhasil Kendalikan Inflasi

Ingat Ya! Utang Piutang Koperasi Masuk Ranah Perdata, Debt Collector Auto Minggir
